Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah diproyeksi masih bertahan di zona merah pada perdagangan Selasa (4/2/2020), menguji level Rp13.750 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa rupiah berpotensi masih melanjutkan tren pelemahannya dalam jangka pendek seiring dengan masih tersebarnya sentimen negatif.
"Rupiah diperkirakan dibuka melemah di level Rp13.675 per dolas AS hingga Rp13.750 per dolar AS," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (4/2/2020).
Adapun, pada penutupan perdagangan Senin (3/2/2020) rupiah berada di level Rp13.742 per dolar AS, melemah 0,633 persen atau 87 poin. Kinerja tersebut pun menjadi yang terlemah kedua di antara mata uang Asia lainnya, tepat di bawah yuan renmimbi yang terkoreksi 1,5 persen.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,44 persen menjadi 97,821.
Ibrahim mengatakan bahwa kekhawatiran pasar meningkat terhadap penyebaran virus corona yang terus meningkat tidak bisa dibendung sehingga akan menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga
Saat ini, setidaknya sebanyak 25 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus corona di wilayah mereka. China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Sementara itu, penurunan suku bunga acuan dan injeksi dana segar ke dalam sistem keuangan yang dilakukan oleh Bank Sentral China pun tidak dapat mendorong sentimen pasar secara signifikan.
Di dalam negeri, rilis inflasi yang terjaga juga belum dapat mendukung rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Januari 2020 mengalami inflasi sebesar 0,39 persen secara month-to-month (mtm). Sementara itu, laju inflasi IHK tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 2,68 persen.
Di sisi lain, pelemahan tetap terjadi meskipun Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi dalam perdagangan mata uang asing serta pasar forward dan bond domestik yang tidak dapat dikirim pada perdagangan Senin (3/2/2020) untuk menstabilkan rupiah.
"BI dengan berani membeli obligasi di pasar sekunder dan menawarkan DNDF (forward non-deliverable domestik) melalui 8 broker dan intervensi juga dilakukan dengan cara yang terukur di pasar valas spot," ujar Ibrahim.
Dia juga mengatakan, intervensi BI telah membantu menjaga rupiah sehingga sebagian besar stabil dalam beberapa pekan terakhir, tetapi likuiditas dolar AS di pasar spot cukup ketat sehingga pelemahan masih terjadi.
Sebagai informasi, BI menjual kontrak DNDF senilai lebih dari US$380 juta lebih awal pada perdagangan Senin (3/2/2020), menambah sekitar US$450 juta yang terjual pada perdagangan Jumat (31/1/2020).