Bisnis.com, JAKARTA – Upaya penggelontoran dana yang dilakukan Bank Sentral China dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja bursa regional, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Investor disarankan menerapkan strategi defensi di tengah tren indeks yang bergejolak.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali mengatakan langkah Bank of China yang menyuntikkan likuiditas untuk memacu pasar sahamnya tidak akan berdampak luas. Dia beralasan, suntikan dana tersebut diarahkan untuk kebutuhan pasar saham dalam negeri China yang terguncang akibat sentimen wabah virus corona.
Namun, di sisi lain, likuiditas yang berlebih akibat kebijakan ini menciptakan peluang bagi pasar modal Indonesia. “Kebijakan ini tidak menutup kemungkinan dana yang dibawa oleh investor itu dapat diinvestasikan ke dalam bursa Indonesia,” jelasnya Frederik kepada Bisnis.com, Senin (3/2/2020).
Untuk menghadapi tren pelemahan pasar yang terjadi saat ini, Frederik menyarankan para investor untuk mengambil strategi yang bersifat defensif. Dia melanjutkan, kondisi pasar saham saat ini masih dibayangi volatilitas yang sangat tinggi. Selain itu, sentimen negatif yang muncul juga mengakibatkan terjadinya fluktuasi global.
Frederik menyarankan para investor untuk memantau saham-saham berkapitalisasi besar non komoditas di tengah kondisi pasar yang terkoreksi. Dia beralasan, saham big caps non komoditas diperkirakan harganya akan mengalami rebound setelah mengalami koreksi.
“Saat harga saham sudah turun cukup dalam beberapa hari ini, saham-saham dari emiten seperti BBNI, BBCA, ASII, UNVR, MAPI, WIKA, ADHI dapat menjadi titik yang menarik untuk masuk ke dalam pasar,” terang Frederik.