Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski January Effect Pupus, Pasar Tetap Berpotensi Menguat pada Kuartal I/2020

Efek Januari yang umumnya dirasakan pada awal tahun kurang terasa pada saat ini akibat tekanan eskternal seperti perseteruan antara Amerika Serikat dan Iran dan kehadiran Virus Corona di China
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Karyawan melintas di dekat layar penunjuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Efek Januari (January Effect) yang diharapkan oleh investor memang tidak terasa pada tahun ini karena sentimen negatif dari eksternal. Namun, pasar saham tetap berpeluang menguat pada kuartal I/2020.

Chief Investment Officer KISI Asset Management Susanto Chandra menjelaskan pelemahan pasar hanya bersifat sementara dan peluang mengalami kenaikan masih cukup terbuka. Hal ini mengingat tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang mulai mereda dengan adanya pembicaraan antara kedua negara.

Dia menuturkan sentimen positif tersebut nantinya akan meningkatkan permintaan secara global. Namun, pasar juga diperkirakan akan tetap memonitor kelanjutan Virus Corona. Apabila virus tersebut cepat ditangani oleh pemerintah China dan penyebarannya mereda, pasar dapat kembali naik.

"Selain itu, secara domestik, hadirnya RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan Perpajakan juga akan menopang sentimen positif. Penguatan ini diperkirakan akan terjadi pada kuartal I/2020," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (29/1/2020).

Menurut, Efek Januari yang umumnya dirasakan pada awal tahun kurang terasa pada saat ini. Salah satu faktor penyebab minimnya efek tersebut adalah sentimen dari luar negeri seperti perseteruan antara Amerika Serikat dan Iran.

Selain itu, kehadiran Virus Corona di China juga semakin menambah ketidakpastian dunia. Hal ini, lanjutnya, dikhawatirkan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi global.

"Akibatnya, investor lebih cenderung wait and see sambil menunggu laporan keuangan para emiten di pasar saham," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper