Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Januari Melempem, Sucor Sekuritas Sarankan Saham Ini

Virus corona telah membuat 8 kota di China lumpuh. Hal itu menyebabkan perekonomian Negeri Tirai Bambu ikut melemah, sehingga ikut menyeret pelemahan indeks regional asia.
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/1/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/1/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – PT Sucor Sekuritas memperkirakan tidak akan ada ‘Efek Januari’ pada tahun ini akibat virus corona dan kasus Jiwasraya yang menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Namun demikian, investor dapat melirik saham-saham yang menarik dikoleksi dari emiten pelat merah, seperti PTBA dan ANTM

Head of Business Development Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan sampai dengan akhir Januari 2020, IHSG akan cenderung bergerak sideways. Indeks diperkirakan akan bergerak di rentang 6.000—6.100.

Dengan kata lain, IHSG dapat terkoreksi 3,15 persen dibandingkanb dengan penutupan pada tahun lalu di posisi 6.299.

“IHSG Januari berada di kisaran 6.000—6.100. Januari effect tidak berjalan baik tahun ini karena virus corona dan aksi Kejaksaan Agung yang sangat detil menindak kasus kerugian Jiwasraya,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (27/1/2020).

Menurutnya, virus corona telah membuat 8 kota di China lumpuh. Hal itu menyebabkan perekonomian Negeri Tirai Bambu ikut melemah, sehingga ikut menyeret pelemahan indeks regional asia.

Berkaca dari kasus virus SARS yang pernah terjadi pada 2002 silam, indeks baru bisa membaik ketika penyakit bisa tersebut bisa teratasi.

“Ini hanya sentimen saja, kita tunggu sebulan lagi. Sama sekali tidak mengganggu fundamental perseroan,” imbuhnya.

Sementara itu, dari dalam negeri kasus Jiwasrya membuat investor takut untuk berinvestasi, sehingga cenderung melakukan aksi jual.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia pada pekan keempat 2020 jumlah transaksi harian berkurang 9,53% menjadi Rp6,45 triliun. Nilai itu jauh di bawah rata-rata transaksi harian pada 2020 yang mencapai Rp9,1 triliun.

“Terdapat panic selling. Apalagi kasus ini membuat pemblokiran 5 rekening saham dan yang terafiliasi membuat investor menjadi takut,” katanya.

Namun, Bernardus menilai ini adalah peluang untuk masuk ke beberapa saham emiten plat merah sektor pertambangan yang tengah tertekan, seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).

“PTBA dan ANTM sedang berada di area support dengan harga Rp2.300 dan Rp750. Price Earning Ratio [PER] PTBA bahkan di bawah 7 kali sedangkan payout ratio kami perkirakan 70%,” katanya.

Bernardus menambahkan Inalum sebagai Holding Tambang BUMN tengah membutuhkan dana segar untuk mengambil 20% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) pada tahun ini. Oleh sebab itu, keduanya menarik untuk dikoleksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper