Bisnis.com, JAKARTA — Emiten bidang jasa minyak dan gas, PT Elnusa Tbk. memproyeksikan anggaran belanja modal yang konservatif untuk memperkuat bisnis perseroan pada 2020.
Head Investor Relation Elnusa Rifqi Budi Prasetyo mengungkapkan bahwa pada tahun ini perseroan menganggarkan capital expenditure senilai Rp1 triliun, jumlah itu tercatat sama dengan anggaran pada 2019.
Dia mengungkapkan bahwa, perseroan bakal mengalokasikan dana tersebut untuk memperkuat bisnis hulu maupun hilir, serta bisnis penunjang lainnya yang dijalankan perseroan.
“Pendanaan akan diserap baik dari kas internal perseroan, bank, maupun pendanaan lain,” katanya kepada Bisnis, Selasa (14/1/2020).
Rifqi mengatakan bahwa diversifikasi bisnis menjadi salah satu strategi perseroan untuk menunjang kinerja fundamental pada tahun ini.
Pada segmen jasa hulu migas, meningkatnya aktivitas jasa survei seismik dan pengelolaan lapangan minyak mendongkrak pertumbuhan pendapatan usaha. Beberapa proyek besar yang sedang dikerjakan antara lain Tuban East Java–Jawa Timur dan Pesut Mas – Sulawesi Tengah.
Baca Juga
Sementara itu, pada segmen distribusi. Perseroan terus merevitalisasi beberapa depo dan mengembangkannya sendiri.
Di samping itu, Rifqi mengatakan bahwa dampak ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat dinilai memberikan pengaruh yang kemungkinan signifikan terhadap pergerakan harga minyak dunia. Dia menyebut, emiten berkode saham ELSA diproyeksikan akan mendapatkan pengaruh atas sentimen tersebut.
“Namun jika secara fundamental kami rasakan akan berdampak tidak langsung mengingat layanan jasa dan kapabilitas yang dimiliki perseroan sangat terdiversifikasi,” katanya.
Sekadar informasi, pendapatan usaha perseroan meningkat 28% dari Rp4,6 triliun pada kuartal III/2018 menjadi Rp5,9 triliun pada kuartal III/2019.
Pertumbuhan pendapatan usaha meningkat sebesar 45% pada segmen jasa hulu migas. Sementara itu, segmen jasa penunjang meningkat 19%, serta jasa distribusi & logistik energi 17%.
Dari situ, laba bersih perseroan tercatat naik 8% dari Rp221 miliar per September 2018 menjadi Rp238 miliar per September 2019.
Segmen jasa distribusi dan logistik energi mengkontribusikan 80% dari laba yang dihasilkan pada kuartal III/2019. Sementara jasa hulu migas dan penunjang berkontribusi sebesar 15% dan 5%.