Bisnis.com, JAKARTA - Bijih besi berjangka di China memperpanjang kenaikan pada perdagangan Senin (6/1/2020), naik untuk sesi keempat berturut-turut, karena tingkat utilisasi pabrik secara mingguan yang lebih tinggi menunjukkan permintaan pasar untuk bijih besi.
Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka bijih besi untuk pengiriman Mei 2020 di bursa Dalian pada perdagangan Senin (6/1/2020) ditutup menguat 0,8 persen menjadi 668 yuan per ton. Pada pertengahan perdagangan, bijih besi sempat menyentuh level 670 yuan per ton atau setara US$96,04 per ton.
Mengutip data konsultan Mysteel, tingkat pemanfaatan di 247 pabrik baja seluruh China naik menjadi 78,4 persen pada pekan lalu, naik dari 76,89 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya.
Tingkat pemanfaatan pabrik yang lebih besar tersebut menunjukkan adanya peningkatan permintaan bijih besi, bahan baku pembuatan baja.
Menurut seorang pedagang yang berbasis di Shandong, permintaan untuk bijih besi telah membaik dalam beberapa perdagangan terakhir. Namun, restocking bijih besi dari pabrik akan segera berakhir karena liburan Tahun baru China sudah semakin dekat.
Oleh karena itu, harga berpotensi berbalik melemah setelah bergerak cukup baik dalam beberapa perdagangan terakhir.
Selain itu, bijih besi sesungguhnya juga masih dibayangi sentimen negatif seiring dengan jajak pendapat beberapa analis menunjukkan bahwa indeks PMI manufaktur dan jasa komposit China masih menunjukkan perlambatan, yaitu menurun menjadi 52,6 pada Desember dari 53,2 pada November.
Adapun, harga untuk produk baja diprediksi masih relatif stabil pada perdagangan awal tahun ini. Kontrak rebar baja konstruksi paling aktif di Shanghai Futures Exchange, untuk pengiriman Mei 2020, berhasil membukukan kenaikan sebesar 0,2 persen menjadi 3.559 yuan per ton pada perdagangan Senin (6/1/2020).
Sementara itu, harga baja hot-rolled coil (HRC) yang digunakan untuk mobil dan peralatan rumah tangga, naik tipis 0,2 persen menjadi 3.579 yuan per ton.