Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mempertahankan reboundnya di zona hijau pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (3/1/2020), saat mayoritas indeks saham di Asia terjungkal ke wilayah negatif.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG naik 0,33 persen atau 20,61 poin ke level 6.304,19 pada akhir sesi I dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (2/1/2020), perdagangan pertama pascalibur Tahun Baru, IHSG menutup pergerakannya di level 6.283,58 dengan pelemahan 0,25 persen atau 15,96 poin.
Indeks mulai rebound dari pelemahannya ketika dibuka menguat 0,36 persen atau 22,61 poin di posisi 6.306,19 pada Jumat (3/1) pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 6.296,55 – 6.323,03
Delapan dari sembilan sektor menetap di zona hijau pada akhir sesi I, dipimpin pertanian (+0,82 persen) dan barang konsumen (+0,48 persen). Satu-satunya sektor yang parkir di zona merah adalah perdagangan yang turun 0,45 persen.
Adapun sebanyak 191 saham menguat, 159 saham melemah, dan 321 saham stagnan dari 671 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang masing-masing naik 1,64 persen dan 4,56 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG pada akhir sesi I.
Di sisi lain, penurunan harga saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) masing-masing sebesar 3,41 persen dan 2,39 persen menjadi penekan utama sekaligus membatasi besarnya penguatan IHSG.
Seiring dengan pergerakan IHSG, indeks Bisnis-27 menguat 0,64 persen atau 3,54 poin ke level 558,88, sedangkan indeks saham syariah Jakarta Islamic Index naik tipis 0,08 persen atau 0,54 poin ke posisi 694,94 pada akhir sesi I.
Sebaliknya, indeks saham lainnya di Asia mayoritas tampak bergerak negatif, di antaranya indeks Hang Seng Hong Kong yang terkoreksi 0,17 persen, serta Shanghai Composite dan CSI 300 China yang masing-masing turun 0,30 persen dan 0,40 persen.
Bursa Asia secara keseluruhan melemah sementara harga minyak mentah melonjak setelah serangan udara Amerika Serikat di Irak menewaskan seorang jenderal Iran. Peristiwa ini serta merta meningkatkan tensi gopolitik.
Jenderal Qasem Soleimani, komandan pasukan elit Quds Iran, dilaporkan tewas dalam serangan pasukan Amerika Serikat di Irak pada Jumat (3/1/2020).
Pentagon mengonfirmasi bahwa Soleimani dibunuh atas arahan Presiden Donald Trump. Pernyataan tersebut keluar setelah muncul laporan adanya serangan di Bandara Internasional Baghdad yang disebut telah menewaskan sejumlah orang.
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan tegas untuk melindungi personil AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani," demikian pernyataan Pentagon yang dikutip dari BBC.
"Serangan ini bertujuan untuk mencegah rencana serangan Iran di masa depan. Amerika Serikat akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi rakyat kami dan kepentingan kami di mana pun mereka berada di seluruh dunia," lanjut Pentagon.
Indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang yang sempat menyentuh level tertingginya sejak 15 Juni 2018 pada awal perdagangan hari ini pun terjungkal ke zona merah menyusul laporan serangan tersebut.
“Masih sangat tidak jelas apa dampak (serangan AS) terhadap pasar ekuitas,” ujar Tapas Strickland, direktur ekonomi dan pasar di National Australia Bank.
“Semuanya bergantung pada apa yang dilakukan oleh Iran dalam hal pembalasan,” tambahnya, seperti dikutip dari Reuters.