Bisnis.com, JAKARTA – Terdapat empat calon emiten baru yang mengantre untuk melakukan penawaran saham perdana di Januari 2020. Berikut perinciannya.
Dikutip dari laman Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Jumat (3/1/2020), keempat calon emiten tersebut mewakili tiga sektor berbeda. Pertama, sektor perkebunan yang diwakili oleh PT Cisadane Sawit Raya.
Kedua, sektor keuangan yakni PT Bank Amar Indonesia dan PT Ashmore Asset Management Indonesia. Terakhir, sektor properti yakni PT Perintis Triniti Properti.
Perinciannya, PT Cisadane Sawit Raya tercatat akan melakukan penawaran saham perdana pada 9 Januari 2020. Adapun, harga saham yang ditawarkan sebesar Rp125 per lembar dengan 410.000 unit saham yang bakal diperdagangkan. Perusahaan menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek.
Lalu, di tanggal yang sama PT Bank Amar Indonesia juga mencatatkan perusahaannya di Bursa. Perusahaan berencana melego 1,2 juta lembar saham atau tepatnya 1.206.068.500 unit dengan harga Rp174 per lembar. Perusahaan pun menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek.
Kemudian, dua hari berturut-turut yakni pada 14 Januari dan 15 Januari 2019, Bursa kembali diramaikan kehadiran emiten baru. Pada 14 Januari PT Ashmore Asset Management melantai di Bursa dengan menawarkan 111,11 juta lembar saham atau tepatnya 111.111.200. Harga saham yang ditawarkan sebesar Rp1.900 dan perusahaan menunjuk Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi efek.
Terakhir, PT Perintis Triniti Properti yang mencatatkan perusahaannya di Bursa sekaligus melakukan penawaran waran pada 15 Januari 2020. Perusahaan bakal menawarkan saham seharga Rp200 dengan jumlah 648,83 juta lembar atau tepatnya 648.833.400. Untuk waran yang akan ditawarkan, perusahaan menetapkan harga Rp380. Perusahaan pun menunjuk PT Royal Investium Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek.
Sepanjang 2019, realisasi perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) sejumlah 55 emiten dengan nilai emisi sekitar Rp15,32 triliun. Adapun, untuk target pada 2019 BEI menargetkan sebanyak 76 pencatatan yang terdiri dari efek baru, obligasi, Efek Beragun Aset (EBA), dana investasi infrastruktur (DINFRA), dana investasi real estate (DIRE), dan reksa dana ETF (exchange-traded fund). Untuk 2020, BEI membidik 78 pencatatan untuk keseluruhan.
Hasan Fawzi, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), mengatakan pihaknya menargetkan jumlah perusahaan yang IPO pada 2020 setidaknya sama dengan realisasi pada 2018 atau dua tahun lalu.
“Kami ingin seperti dua tahun yang lalu, minimal 57 perusahaan yang kami harapkan bisa jadi saham baru melalui IPO di 2020,” ujarnya seusai Pembukaan Perdagangan 2020 di Jakarta, Kamis (2/1/2019).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya pada akhir Desember lalu menyebutkan saat ini bursa sudah memiliki 30 calon emiten di dalam pipeline IPO. Setidaknya, antrian ini menjadi bekal bursa membuka awal yang baik pada 2020.
“Di pipeline, perusahaan yang mencatatkan saham masih ada 30 perusahaan,” katanya.