Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke zona merah pada akhir perdagangan sesi I hari ini, Selasa (10/12/2019), setelah berfluktuasi sepanjang perdagangan.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,13 persen atau 7,84 poin ke level 6.185,95 pada akhir perdagangan sesi I, setelah dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,11 persen atau 7,04 poin di posisi 6.186,75.
Pada perdagangan Senin (9/12), indeks menutup pergerakannya di zona hijau dengan penguatan 0,11 persen atau 6,92 poin ke level 6.193,79.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.183,56-6.205,13.
Reliance Sekuritas mengestimasi pergerakan harga saham terkonsolidasi pada area resistance dengan pola candlestick northern star.
Kepala Riset Lanjar Nafi mengatakan indikator stochastic mengiringi kejenuhan indikator RSI.
Baca Juga
Dia menjelaskan pergerakan IHSG akan tertekan apabila tidak mampu break out level psikologis 6.200 dengan potensi terkoreksi jangka pendek menguji MA50 di level 6.144.
"Sehingga diperkirakan IHSG akan bergerak terbatas cenderung melemah dengan support resistance 6.140-6.190," demikian menurut riset hariannya.
Indeks saham lainnya di Asia bergerak mayoritas melemah siang ini, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang melemah masing-masing 0,03 persen dan 0,05 persen, sedangkan indeks Kospi menguat 0,32 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite melemah 0,23 persen, sedangkan indeks CSI 300 melemah 0,17 persen.
Dilansir Bloomberg, bursa Asia melemah karena investor menantikan tenggat waktu 15 Desember bagi AS untuk menerapkan lebih banyak tarif impor China. Agenda utama lainnya dalam beberapa hari mendatang termasuk pertemuan Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa.
Menteri Pertanian AS Sonny Perdue mengatakan AS kemungkinan tidak akan mengenakan tarif tambahan pada barang-barang China yang nilainya mencapai US$160 miliar termasuk produk mainan dan ponsel pintar pada hari Minggu.
"Mengingat dua kemungkinan berbeda dari pembicaraan perdagangan, investor di Asia mungkin lebih memilih untuk tetap menunggu," kata Frances Cheung, analis makro Asia di Westpac, seperti dikutip Bloomberg.