Bisnis.com, JAKARTA — PT Waskita Beton Precast Tbk. menargetkan raihan nilai kontrak baru senilai Rp11,9 triliun pada tahun depan. Target ini naik 69,3% dibandingkan dengan kontrak akhir tahun ini yang dibidik pada angka Rp7,03 triliun.
Direktur Pemasaran Waskita Beton Precast Agus Wantoro mengatakan target kontrak baru pada tahun depan tinggi dikarenakan banyak proyek yang semestinya didapatkan pada tahun ini mundur dan kemungkinan baru digenggam pada tahun depan.
Seiring dengan target kontrak baru yang naik, laba bersih dan penjualan perseroan pun juga diproyeksikan bisa tumbuh lebih tinggi.
“Penjualan akhir tahun ini diproyeksikan Rp7,6 triliun dan tahun depan meningkat menjadi Rp10 triliun. Laba bersih dari Rp820 miliar tahun ini menjadi Rp1,1 triliun untuk 2020,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Agus menyebutkan untuk mendukung kinerja pada 2019 dan 2020, emiten dengan kode saham WSBP ini juga banyak melakukan inovasi produknya, antara lain antara lain adalah Spun Pile berdiameter 1200 mm dengan panjang 50 meter yang baru saja diresmikan, Tiang Listrik Beton, RC Pipe berdiameter diatas 2 meter, Sistem Perkerasan Rigidpavement Waskita Precast atau biasa disebut SprigWP, dan Bantalan Jalan Rel Kereta tipe 1067 dan 1435.
Tidak hanya di produk, perseroan juga memperbarui sistem informasinya dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi, dari hulu hingga hilir. Dari sisi sumber daya manusia, perseroan juga secara periodik mengadakan pelatihan di berbagai bidang, dari marketing, produksi, quality control, hingga akuntansi, untuk meningkatkan kompetensi.
Baca Juga
Kendati perseroan membidik kontrak baru yang lebih besar pada tahun depan, alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) perseroan lebih rendah pada 2020, yaitu senilai Rp390 miliar dari Rp923 miliar pada tahun ini. Selanjutnya, hingga 2024 setiap tahun capex perseroan hanya sekitar Rp200 miliar.
“[Penurunan capex] karena kapasitas kami sudah 3,7 juta ton per tahun untuk sekarang dan tahun depan 4 juta ton per tahun,” jelasnya.
Saat ini, WSBP memiliki 73 batching plant yang tersebar di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, dan Sulawesi. Kemungkinan perseroan tidak akan melakukan penambahan dan memilih untuk memaksimalkan kapasitas produksi yang ada.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael dalam riset yang diterbitkan pada Rabu (20/11/2019) menilai target raihan kontrak baru WSBP pada 2020 yang meningkat cukup tinggi dari target akhir 2019 tidak akan mudah. Pasalnya, setengah dari kontrak baru 2020 perseroan berasal dari induk, yaitu PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
“Kami meragukan pertumbuhan tinggi tersebut memungkinkan untuk WSKT karena posisi arus kasnya yang membatasi pergerakan pendanaan,” katanya.
Kendati demikian, Joshua melihat kemungkinan WSBP untuk mendapatkan tambahan kontrak senilai Rp5 triliun di luar target yang ditetapkan pada tahun depan. Tambahan kontrak baru ini berasal dari proyek KPBU yang belum dirilis.
Di sisi lain, Joshua memperkirakan payout ratio bakal terpangkas dari 75% pada tahun lalu menjadi 30% pada 2019, dengan asumsi laba bersih senilai Rp882 miliar.
WSBP saat ini diperdagangkan pada harga yang mencerminkan perkiraan price to earnings ratio (PER) 7,7 kali pada 2020, atau berada pada valuasi premium dibandingkan dengan WTON yang saat ini diperdagangkan pada harga yang mengimplikasikan PER 6,6 kali proyeksi 2020.
Pada perdagangan Rabu (20/11/2019), saham WSBP ditutup di level Rp316 atau melemah 1,86% dari penutupan hari sebelumnya. Perseroan memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp8,33 triliun.