Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil menutup pekan ini dengan parkir di zona hijau seiring dengan neraca perdagangan pada Oktober mencatatkan surplus, dan lebih baik daripada perkiraan pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (15/11/2019) rupiah ditutup menguat tipis 0,078% menjadi Rp14.077 per dolar AS. Namun, sepanjang pekan ini rupiah telah bergerak terdepresiasi 0,448% terhadap dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat tipis 0,04% menjadi 98,199.
Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa pergerakan rupiah berhasil berakhir di zona hijau pada pekan ini di tengah ketidakpastian sentimen eksternal yang membuat mata uang Garuda hampir terdepresiasi sepanjang pekan.
Kekhawatiran negosiasi dagang berlarut-larut antara AS dan China menjadi penggerak utama yang melemahkan rupiah pekan ini. Adapun, hingga saat ini pasar belum mengetahui secara jelas terkait kesepakatan yang sudah tercapai antara As dan China.
Dalam pidato terakhirnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS tidak akan menandatangani perjanjian yang tidak menguntungkan negaranya dan mengancam China dengan pengenaan tarif impor lagi bila perjanjian tidak segera ditandatangani.
“Namun, data trade balance Indonesia Oktober yang positif berhasil membantu rupiah sehingga rupiah berbalik menguat,” ujar Ariston kepada Bisnis, Jumat (15/11/2019).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan Indonesia periode Oktober 2019 berhasil surplus tipis sebesar US$160 juta. Alhasil, secara kumulatif dari Januari-Oktober 2019, neraca dagang mencatatkan penurunan defisit menjadi US$1,79 miliar.
Ahli Strategi Senior TD Securities Singapura Mitul Kotecha mengatakan bahwa dalam beberapa perdagangan terakhir rupiah terus berputar di sekitar kisaran Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.200 per dolar AS yang lebih luas.
“Tampaknya beberapa perbaikan dalam sentimen risiko mungkin akan memberikan dukungan bagi rupiah dalam waktu dekat,” ujar Mitul seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/11/2019).
Penasihat Ekonomi AS Larry Kudlow kembali mengatakan bahwa kesepakatan perdagangan antara AS dan China fase pertama akan segera terjadi dalam waktu dekat. Sentimen tersebut pun membuat investor kembali menaruh minatnya terhadap aset berisiko, termasuk rupiah.
Untuk pekan depan, pasar akan mengalihkan perhatiannya ke pertemuan kebijakan moneter Bank Indonesia bersamaan dengan menanti kepastian penandatangan kesepakatan perdagangan fase pertama AS dan China.