Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil mencatat kenaikan pertama dalam tiga hari perdagangan terakhir dan menguat, didorong ekspektasi pengurangan pasokan untuk komoditas ini.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember 2019 berakhir naik 32 sen di level US$57,12 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Rabu (13/11/2019), setelah melemah dua hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Minyak WTI kemudian menguat dan diperdagangkan di level US$57,45 per barel pada pukul 4.37 sore waktu setempat, berdasarkan data Bloomberg.
Adapun harga minyak Brent untuk kontrak Januari 2020 berakhir naik 31 sen di level US$62,37 per barel di ICE Futures Europe Exchange pada Rabu (13/11). Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$5,17 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
Menurut sumber terkait, American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa stok minyak AS turun 541.000 barel pekan lalu.
Sementara itu, selain proyeksi pengurangan output dengan "tajam" dari negara-negara non OPEC pada tahun depan, kartel produsen minyak mentah ini juga melihat kemungkinan "kenaikan" dalam perkiraan untuk pertumbuhan permintaan, menurut Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo.
Baca Juga
Komentar tersebut menggarisbawahi pandangan yang lebih optimistis untuk pasar minyak mentah memasuki tahun 2020.
“Ketika kabar tentang OPEC menghantam pasar, harga mulai rally dari zona merah ke hijau," kata Bob Yawger, direktur divisi futures untuk Mizuho Securities di New York. "Sebelum kondisi berbalik ini, segalanya jelek.”
Meski telah meningkat selama sebulan terakhir, harga minyak mentah masih turun sekitar 14 persen dari puncak yang dicapai pada bulan April karena permintaan bahan tampak lesu dan sengketa perdagangan AS-China yang berkepanjangan melemahkan ekonomi global yang sudah rapuh.
OPEC, yang memangkas jumlah produksi minyak tahun ini guna menopang pasar, telah mengisyaratkan kecilnya kemungkinan untuk mengambil tindakan lebih kuat untuk mencegah kelebihan suplai baru pada tahun 2020.
Sementara itu, pada Rabu (13/11) Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan sikap kebijakan moneter saat ini kemungkinan akan mencukupi asalkan ekonomi tetap di jalurnya. Tapi Powell juga memperingatkan "risiko-risiko yang perlu diperhatikan" terhadap catatan ekspansi AS.
"Pasar mencermati pidato Powell," ujar John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.
“Ini menjadi sedikit daya tarik positif dari Powell. Itu adalah fakta bahwa The Fed akan mengambil sikap bertahan karena prospek ekonomi terlihat lebih cerah dan merupakan aspek kunci untuk pasar energi hari ini karena fokus pada permintaan,” terang Kilduff.
API juga melaporkan penurunan persediaan di Cushing, Oklahoma, sebesar 1,18 juta barel sementara stok bensin dan minyak distilat meningkat secara gabungan sebesar 3,15 juta barel.
Penurunan stok di Cushing akan menjadi yang pertama dalam lebih dari lima pekan jika dikonfirmasikan oleh data Energy Information Administration (EIA) pada Kamis (14/11).
“Kamis akan menjadi ujian besar berikutnya,” lanjut Yawger dalam mengantisipasi laporan EIA. "Angka mana pun yang lebih besar akan menjadi arah yang paling memungkinkan bagi perdagangan pasar.”
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Desember 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
13/11/2019 | 57,12 | +0,32 poin |
12/11/2019 | 56,80 | -0,06 poin |
11/11/2019 | 56,86 | -0,38 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Januari 2020 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
13/11/2019 | 62,37 | +0,31 poin |
12/11/2019 | 62,06 | -0,12 poin |
11/11/2019 | 62,18 | -0,33 poin |
Sumber: Bloomberg