Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Saham Global Membara, IHSG Terseret Berakhir Turun

Tekanan yang dialami pasar saham global menyeret pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Rabu (13/11/2019).
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan yang dialami pasar saham global menyeret pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Rabu (13/11/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup melemah 0,62 persen atau 38,49 poin di level 6.142,5 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (12/11), IHSG mampu mengakhiri pergerakannya di level 6.180,99 dengan kenaikan 0,52 persen atau 32,25 poin.

Indeks mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka terkoreksi 0,05 persen atau 3,33 poin di posisi 6.177,66 pada Rabu (13/11) pagi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.132,25 – 6.183,83.

Delapan dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin tambang (-1,86 persen) dan pertanian (-0,84 persen). Satu-satunya sektor yang menetap di wilayah positif adalah aneka industri dengan kenaikan tipis 0,07 persen.

Dari 660 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 153 saham menguat, 242 saham melemah, dan 265 saham stagnan.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing turun 2,14 persen dan 2,03 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG pada akhir perdagangan.

Menurut Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper, pergerakan IHSG masih cukup terbatas di tengah tingginya ketidakpastian dari global.

Rata-rata indeks saham di Asia berakhir di zona merah hari ini. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing melemah 0,85 persen dan 0,55 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,86 persen.

Di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 terkoreksi 0,33 persen dan 0,09 persen masing-masing. Adapun indeks Hang Seng Hong Kong berakhir merosot 1,82 persen.

Indeks Stoxx Europe 600 ikut turun 0,2 persen pada pukul 08.06 pagi waktu London (pukul 15.06 WIB), sedangkan indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,4 persen.

Sementara itu, indeks futures S&P 500 turun 0,2 persen, indeks MSCI All Country World terkoreksi 0,2 persen, dan indeks MSCI Emerging Market merosot 0,8 persen.

Dilansir dari Bloomberg, pasar saham global serentak melemah pada perdagangan sore ini, saat investor mencermati gejolak di Hong Kong dan komentar terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai perdagangan.

Indeks futures S&P 500 tergelincir meskipun indeks saham acuan ini mampu berakhir naik tipis pada perdagangan Selasa (12/11/2019) setelah Presiden Trump menyampaikan komentarnya soal kesepakatan perdagangan dengan China.

Trump mengatakan tim perunding AS dan China hampir mencapai kesepakatan perdagangan "fase satu". Namun pada saat yang sama, Trump juga menegaskan retorika tentang "kecurangan" China mengenai perdagangan.

Ia menyatakan bahwa pemerintah akan menaikkan tarif terhadap China secara substansial jika kesepakatan dagang tidak tercapai.

Kedua belah pihak telah berencana untuk menandatangani "fase satu" kesepakatan dalam konferensi internasional di Chile pada November yang kemudian dibatalkan karena kerusuhan sosial di negara itu. Namun sejauh ini, lokasi baru untuk penandatanganan itu belum juga diumumkan.

"Saya benar-benar khawatir. Waktu terus berjalan. Pasar kini mengharapkan kemajuan substansial pada pekan depan atau setelahnya, dan jika tidak, maka kepercayaan bisa runtuh. Ada interprestasi berbeda dari komentar Trump,” ujar Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets, Sydney, dikutip dari Reuters.

Di Hong Kong, aksi protes, yang telah berkobar selama lima bulan terakhir guna menuntut demokrasi yang lebih besar di bekas jajahan Inggris itu, terus bereskalasi.

“Kita melihat gesekan yang sedang berlangsung di Hong Kong tanpa resolusi yang jelas,” ujar Gerry Alfonso, direktur eksekutif departemen bisnis internasional di Shenwan Hongyuan Group Co.

“Sementara itu, data ekonomi di Hong Kong tidak positif. Sepertinya kita akan memiliki akhir yang sulit untuk tahun ini,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Bersama IHSG, nilai tukar rupiah ditutup terdepresiasi 25 poin atau 0,18 persen di level Rp14.079 per dolar AS pada Rabu (13/11), setelah mampu terapresiasi 13 poin dan berakhir di posisi 14.054 pada perdagangan Selasa (12/11).

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

BMRI

-2,14

UNVR

-2,03

BBRI

-1,00

BBNI

-3,29

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

BRPT

+4,55

TPIA

+2,12

SLIS

+22,99

BBCA

+0,24

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper