Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Kamis (7/11/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau dibuka di level Rp14.040 per dolar AS dengan pelemahan 17 poin atau 0,12 persen dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Rabu (6/11/2019), pergerakan nilai tukar rupiah berakhir di level Rp14.023 per dolar AS dengan depresiasi 54 poin atau 0,39 persen, akibat terbebani penguatan dolar AS.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, ditutup terkoreksi tipis 0,03 persen atau 0,031 poin di level 97,952 pada perdagangan Rabu (6/11), setelah berakhir naik tajam 0,49 persen di posisi 97,983 pada Selasa (5/11).
Pergerakan indeks dolar kemudian terpantau turun hanya 0,01 persen atau 0,005 poin ke level 97,947 pagi ini, Kamis (7/11) pukul 07.58 WIB.
Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa pelemahan rupiah terimbas oleh rilis data ISM non manufaktur AS yang cukup solid. Indeks sektor non-manufaktur ISM AS naik menjadi 54,7, lebih tinggi dari perkiraan pasar dan capaian September sebesar 52,6.
Baca Juga
“Pasar juga sepertinya tengah mencerna dari perkembangan AS dan China terkait penandatanganan kesepakatan dagang tahap peertama yang belum ada statement lebih detail terbaru dari kedua pihak,” terang Yudi kepada Bisnis.
Selain itu, lanjut Yudi, pelemahan rupiah diakibatkan kecenderungan aksi ambil untung oleh investor, setelah rupiah berhasil menembus level support kuat Rp13.980 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
“Aksi ambil untung juga kerap terjadi ketika rupiah berhasil sentuh level Rp13.000 per dolar AS dalam beberapa perdagangan terakhir,” tambahnya.
Oleh karena itu, dia memprediksi pada perdagangan Kamis (7/11/2019) rupiah masih bergerak terbatas di kisaran Rp13.950 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS.