Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menetap di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (6/11/2019), di tengah pelemahan mayoritas indeks saham di Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,46 persen atau 28,71 poin ke level 6.235,44 pada akhir sesi I dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (5/11), IHSG mampu rebound dan mengakhiri pergerakannya di level 6.264,15 dengan kenaikan tajam 1,36 persen atau 83,81 poin, setelah tertekan di zona merah tiga hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Sebelum berbalik melemah, indeks sempat melanjutkan penguatannya dengan dibuka naik 0,16 persen atau 9,77 poin di posisi 6.273,92 pada Rabu (6/11) pagi. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 6.222,47 – 6.274,29.
Enam dari sembilan sektor menetap di zona merah, dipimpin properti (-1,87 persen) dan finansial (-1,02 persen). Tiga sektor lainnya mampu parkir di wilayah positif, dipimpin tambang (+0,83 persen).
Adapun sebanyak 146 saham menguat, 235 saham melemah, dan 278 saham stagnan dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang masing-masing turun 1,40 persen dan 2,08 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir sesi I.
Sementara itu, indeks Bisnis-27 melemah 0,55 persen atau 3,07 poin ke level 550,06 dan indeks saham syariah Jakarta Islamic Index turun 0,12 persen atau 0,84 poin ke posisi 695,81 pada akhir sesi I.
Seiring dengan pelemahan IHSG, indeks saham lain di Asia mayoritas juga bergerak negatif, di antaranya indeks Topix Jepang (-0,16 persen) dan indeks Taiex Taiwan (-0,01 persen).
Di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing melemah 0,23 persen dan 0,29 persen pada pukul 12.02 WIB.
Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, investor menantikan perkembangan dari perang dagang antara AS dan China, dimana kedua belah pihak dikabarkan sedang dalam proses memilih lokasi untuk menandatangani persetujuan kesepakatan dagang.
Dilansir dari Reuters, bursa Asia bergerak ke posisi lebih rendah saat investor menantikan perkembangan terkini mengenai pembicaraan perdagangan antara pemerintah Amerika Serikat dan China.
Imbal hasil obligasi AS pun turun bersama kontrak minyak mentah berjangka ketika investor mengambil jeda menantikan pemerintah AS dan China melanjutkan upaya kedua belah pihak untuk memperoleh kesepakatan perdagangan awal.
Dua ekonomi terbesar di dunia ini telah mengisyaratkan upaya keras untuk dapat meneken perjanjian perdagangan 'Fase Satu' kemungkinan pada bulan ini.
Sementara itu, indek dolar bertahan di kisaran kenaikan yang mampu dibukukan pada perdagangan Selasa (5/11) menyusul rilis data yang lebih baik dari perkiraan pada sektor jasa AS.
Meski demikian, sejumlah analis memperingatkan bahwa akan tetap sulit untuk menghilangkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.
"Kita telah melihat kenaikan yang baik, tetapi mungkin ada sedikit konsolidasi," tutur Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP Capital Investors, Sydney.
“Perang perdagangan adalah alasan terbesar bahwa pertumbuhan global telah melemah selama 18 bulan terakhir. Kita ingin melihat tarif dikurangi. Kita masih menunggu tanda-tanda resolusi yang lebih jelas,” terangnya.
Para pedagang dan investor berharap perjanjian perdagangan awal anatra AS-China akan mengurangi setidaknya sebagian tarif yang telah diberlakukan pemerintah AS dan China terhadap barang-barang satu sama lain.
Namun, hingga kini masih belum pasti kapan atau di mana Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping untuk menandatangani perjanjian tersebut.
Di pasar mata uang domestik, nilai tukar rupiah pun terpantau melemah 37 poin atau 0,26 persen ke level Rp14.006 per dolar AS pukul 11.51 WIB.