Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Ekonomi AS Sokong Dolar, Isu Perang Dagang Masih Membayangi

Meski demikian, sejumlah analis memperingatkan bahwa akan tetap sulit untuk menghilangkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.
Ilustrasi Dolar AS/Reuters
Ilustrasi Dolar AS/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) terpantau terkoreksi tipis pada perdagangan pagi ini, Rabu (6/11/2019), setelah mampu mencatat kenaikan signifikan pada perdagangan sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, turun tipis 0,084 poin atau 0,09 persen ke level 97,899 pada pukul 08.33 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (5/11), indeks dolar AS ditutup di posisi 97,983 dengan penguatan 0,478 poin atau 0,49 persen, kenaikan hari perdagangan kedua berturut-turut.

Dilansir dari Reuters, ekspektasi tercapainya kesepakatan perdagangan antara pemerintah AS dan China berikut data ekonomi AS yang kuat berhasil mendongkrak penguatan indeks dolar pada Selasa.

Harapan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump dapat mengurangi beberapa tarif yang telah dikenakan pada barang-barang asal China sebagai bagian dari "Fase Satu" kesepakatan perdagangan AS-China meningkatkan sentimen untuk aset berisiko di pasar keuangan.

Selain itu, survei mengenai sektor jasa AS yang dirilis pada Selasa (5/11) menunjukkan sentimen bisnis telah meningkat pada Oktober 2019 dari level terendahnya dalam tiga tahun pada September 2019.

Indeks sektor non-manufaktur oleh Institute for Supply Management (ISM) dilaporkan naik menjadi 54,7 dari 52,6 pada September, sekaligus melampaui perkiraan pasar.

Rebound data tersebut serta merta menunjang kenaikan dolar AS, mengingat penurunan indeks akan menunjukkan bahwa keresahan dalam perdagangan yang melanda produsen juga menjalar ke sektor jasa.

“Selain isu-isu perdagangan AS-China, pasar bereaksi terhadap tanda-tanda kekuatan ekonomi AS saat ini,” ujar Kyosuke Suzuki, Direktur Valuta asing di Societe Generale.

Pemerintah AS dan China dikabarkan berada di ambang mencapai kesepakatan awal untuk meredakan perang perdagangan antara kedua negara.

Dalam beberapa waktu terakhir, baik pihak AS maupun China telah memberikan tanda-tanda kemajuan yang menggembirakan terkait pembicaraan perdagangan kedua belah pihak.

Masing-masing negara telah saling melemparkan tarif impor terhadap barang-barang satu sama lain dalam perang dagang yang telah berlangsung selama 16 bulan dan meningkatkan momok resesi global.

Oleh karenanya, setiap progres dalam menyelesaikan perselisihan perdagangan berpotensi mendorong kenaikan dolar AS dan aset-aset berisiko, sekaligus mengurangi kekhawatiran tentang prospek ekonomi dan kebutuhan untuk pelonggaran moneter yang agresif.

Meski demikian, sejumlah analis memperingatkan bahwa akan tetap sulit untuk menghilangkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.

"Kita telah melihat kenaikan yang baik, tetapi mungkin ada sedikit konsolidasi," tutur Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP Capital Investors, Sydney.

“Perang perdagangan adalah alasan terbesar bahwa pertumbuhan global telah melemah selama 18 bulan terakhir. Kita ingin melihat tarif dikurangi. Kita masih menunggu tanda-tanda resolusi yang lebih jelas,” terangnya.

Posisi indeks dolar AS
TanggalPosisi

6/11/2019

(Pk. 08.33 WIB)

97,899

(-0,09 persen)

5/11/2019

 

97,983

(+0,49 persen)

4/11/2019

 

97,505

(+0,27 persen)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper