Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Bangkit dari Tekanan, Ini Pendorongnya

Optimisme tercapainya kesepakatan antara pemerintah Amerika Serikat (AS) dan China mendorong indeks dolar AS melanjutkan penguatannya pada perdagangan pagi ini, Selasa (5/11/2019).
Uang kertas dolar AS yang menampilkan pendiri negara Amerika Benjamin Franklin dan uang kertas yuan China yang menampilkan mendiang pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong terlihat di antara bendera AS dan China dalam gambar ilustrasi yang diambil 20 Mei 2019. /REUTERS - Jason Lee.
Uang kertas dolar AS yang menampilkan pendiri negara Amerika Benjamin Franklin dan uang kertas yuan China yang menampilkan mendiang pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong terlihat di antara bendera AS dan China dalam gambar ilustrasi yang diambil 20 Mei 2019. /REUTERS - Jason Lee.

Bisnis.com, JAKARTA – Optimisme tercapainya kesepakatan antara pemerintah Amerika Serikat (AS) dan China mendorong indeks dolar AS melanjutkan penguatannya pada perdagangan pagi ini, Selasa (5/11/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, menguat 0,085 poin atau 0,09 persen ke level 97,590 pada pukul 09.51 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (4/11), indeks dolar AS ditutup di posisi 97,505 dengan penguatan 0,266 poin atau 0,27 persen, kenaikan pertama dalam enam hari perdagangan berturut-turut.

Penguatan dolar AS didukung oleh meningkatnya optimisme bahwa pemerintah AS dan China berada di ambang mencapai kesepakatan awal untuk meredakan perang perdagangan antara kedua negara.

Dalam beberapa hari terakhir, baik pihak AS maupun China telah memberikan tanda-tanda kemajuan yang menggembirakan terkait pembicaraan perdagangan kedua belah pihak.

Pada Senin (4/11), Financial Times melaporkan bahwa pemerintah AS tengah mempertimbangkan untuk mencabut sebagian tarif untuk barang-barang asal China.

Bloomberg juga melaporkan bahwa China sedang meninjau lokasi di Amerika Serikat untuk dapat menandatangani kesepakatan perdagangan "Fase 1" dengan Presiden AS Donald Trump.

Masing-masing negara telah saling melemparkan tarif impor terhadap barang-barang satu sama lain dalam perang dagang yang telah berlangsung selama 16 bulan dan meningkatkan momok resesi global.

Oleh karenanya, setiap progres dalam menyelesaikan perselisihan perdagangan berpotensi mendorong kenaikan dolar AS dan aset-aset berisiko, sekaligus mengurangi kekhawatiran tentang prospek ekonomi dan kebutuhan untuk pelonggaran moneter yang agresif.

“Mood pasar sangat cenderung pada aset berisiko, jadi itulah bagaimana investor akan mendekati pasar,” ujar Minori Uchida, kepala riset pasar global di MUFG Bank, Tokyo.

"Kita mendengar berita positif tentang pembicaraan perdagangan. Ini semua mendukung dolar AS dan tren ini bisa berlanjut,” tambahnya, dikutip dari Reuters.

Sebelum mampu rebound pada perdagangan Senin (4/11), pergerakan dolar AS terbebani langkah bank sentral AS Federal Reserve yang kembali memangkas suku bunga acuannya, untuk ketiga kalinya tahun ini, dalam pertemuan kebijakan pada Rabu (30/10/2019).

Dalam menurunkan suku bunga ke kisaran target antara 1,50 persen dan 1,75 persen, The Fed juga mengisyaratkan jeda pemotongan lebih lanjut kecuali jika prospek ekonomi berubah.

Kurangnya sinyal yang eksplisit dari The Fed terkait dengan jeda langkah pelonggaran untuk saat ini, dianggap kurang hawkish dari yang diperkirakan sehingga menyebabkan penurunan dolar AS.

Para pedagang kini menantikan rilis laporan Institute for Supply Management (ISM) non-manufaktur AS pada Selasa (5/11) waktu setempat. Data non manufaktur AS diperkirakan akan menunjukkan sedikit akselerasi aktivitas pada Oktober 2019.

Posisi indeks dolar AS
TanggalTitle

5/11/2019

(Pk. 09.51 WIB)

97,590

(+0,09 persen)

4/11/2019

 

97,505

(+0,27 persen)

1/11/2019

97,239

(-0,12 persen)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper