Bisnis.com, JAKARTA--Rekor pemesanan terendah instrumen Obligasi Negara Ritel (ORI) dipecahkan seri terbaru ORI016 yang ditawarkan pada 2 Oktober hingga 24 Oktober 2019 yakni sebesar Rp8,2 triliun dari 18.336 investor.
Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), Selasa (29/10/2019), realisasi penawaran ORI016 hingga penutupan masa penawaran pada 24 Oktober 2019 terkumpul Rp8,2 triliun. Nilai itu dibawah target target indikatif pemerintah Rp9 triliun.
Dengan realisasi tersebut, pemesanan ORI016 menggeser seri ORI014 yang sebelumnya disebut sebagai ORI yang menggalang nilai pemesanan terendah, yakni Rp8,9 triliun.
Bila dilihat dari kupon yang ditawarkan, ORI016 masih menawarkan kupon lebih tinggi dibandingkan dengan ORI014. ORI016 menawarkan kupon 6,8% sedangkan ORI014 menawarkan kupon 5,85%.
Kendati realisasi pemesanannya rendah, ORI016 masih mendapat perhatian dari investor di instrumen ORI sebelumnya seperti pemegang seri ORI015 yang terbit tahun lalu dan seri ORI013 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2019.
Tercatat, sekitar 27,20% dari total investor atau 4.987 investor merupakan pemegang ORI015. Lalu, pemegang ORI013 yang menginvestasikan dananya pada ORI016 sebanyak 27,73% dari total investor ORI016 atau 5.084 investor.
Sebelumnya, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, Ramdhan Ario Maruto mengatakan rendahnya pemesanan instrumen ORI016 disebabkan kecenderungan investor ritel yang memilih instrumen lain yang menawarkan kupon lebih tinggi. Menurutnya, sejak awal tahun investor ditawari sembilan instrumen SBN ritel dengan kupon tertinggi di kisaran 8%.
Kendati demikian, investor ritel tak mau memaklumi bahwa kupon yang ditawarkan semakin rendah mengikuti penurunan suku bunga acuan sehingga daripada membeli SBN ritel, investor lebih memilih instrumen lain. Instrumen seperti reksa dana terproteksi dengan return di kisaran 7,5% hingga 8% dan deposito menawarkan kupon yang masih menarik di mata investor yakni di kisaran 7% sehingga menjadi pilihan ketimbang ORI016.
Menurutnya, Pemerintah nantinya harus lebih berani menawarkan kupon yang lebih manis bagi investor ritel bila ingin melakukan pendalaman pasar. Alasannya, investor ritel sensitif terhadap kupon yang ditawarkan.
Adapun, Pemerintah masih memiliki instrumen terakhir yakni sukuk tabungan (ST) seri ST006 yang akan ditawarkan pada 1 November hingga 21 November 2019. Artinya, penawaran ST006 kemungkinan akan menawarkan kupon yang lebih rendah lagi karena pekan lalu Bank Indonesia telah memangkas suku bunga yang keempat kalinya sehingga suku bunga acuan turun dari 5,25% menjadi 5%.
“Masyarakat dikasih alternatif tapi harus menarik [kuponnya],” katanya.