Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

John Riady: Rasio Utang Rendah, LPKR Siap Kebut Rencana Bisnis

Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe mengatakan dana rights issue Lippo Karawaci memungkinkan perseroan bisa cepat menangkap peluang investasi pada tahun depan
CEO Lippo Karawaci John Riady saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (19/3/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
CEO Lippo Karawaci John Riady saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (19/3/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) percaya diri bisa menjadi pengembang dengan raihan pendapatan tertinggi dan dengan rasio utang yang rendah pada 2019, melanjutkan catatan positif pada tahun sebelumnya.

“Dengan rasio utang yang terjaga, kami optimis sejumlah rencana bisnis perusahaan dapat diwujudkan. Ini juga menjadi cerminan dari sisi struktur permodalan sangat kuat. Dukungan konsumen juga menjadi pendorong utama kinerja kami tetap positif,” kata CEO LPKR John Riady, dalam keterangan pers, Senin (28/10) malam.

Merujuk data bursa efek, net debt to equity ratio alias rasio utang (per Juni 2019) LPKR saat ini jauh lebih rendah dibanding pengembang lain yaitu pada angka 29 persen. Sebagai perbandingan, rasio utang Summarecon mencapai 76 persen, Modern Land 77 persen, Jababeka 56 persen, dan Citra Land 32 persen.

Menurutnya, rendahnya rasio utang menunjukkan kesehatan perseroan yang baik dan kemampuan untuk berkembang pada tahun-tahun mendatang. Di bawah John Riady, operasional dan kinerja LPKR ke depan diklaim akan semakin baik. 

Rasio utang yang rendah juga menjadi sinyal LPKR akan mewujudkan rencana bisnis pada tahun depan. 

Menurut John, ada tiga hal yang menjadi fokus bisnis Lippo yakni bisnis perumahan, mall, dan rumah sakit. Ia mengatakan, berbeda dengan jenis bisnis lain yang umumnya hanya memiliki dua hingga tiga pesaing di satu negara, pemain di lini bisnis properti begitu banyak lantaran potensi pasar yang memang sangat besar.

Karena itulah, Lippo selalu fokus ke proyek yang sedang dijalankan agar memberi kepastian ketenangan kepada konsumen maupun investor. Ia optimis ke depan Indonesia sangat prospektif untuk kepemilikan rumah bisa naik dari 60 persen ke 80 persen. 

Sebelumnya, Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe mengatakan dana rights issue Lippo Karawaci memungkinkan perseroan bisa cepat menangkap peluang investasi pada tahun depan. Posisi rasio utang perseroan masih terbilang rendah apabila dibandingkan dengan kompetitor lainnya. 

Menurutnya, kelebihan Lippo Karawaci lainnya adalah mampu menangkap peluang dalam berinvestasi, seperti di real estate investment trust (REIT) atau dana investasi real estate (DIRE).

LPKR diproyeksikan akan membukukan pendapatan senilai Rp 13,5 triliun sepanjang 2019, naik 22% dari Rp 11,057 triliun di tahun sebelumnya. Pendapatan LPKR meningkat pesat pada saat beberapa pengembang lain bahkan tidak mampu menyamai pendapatan tahun 2018.

Misalnya, pengembang Ciputra (CTRA) yang merupakan pengembang terbesar kedua di Indonesia diperkirakan hanya membukukan pendapatan sebesar Rp 7,4 triliun pada 2019, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 7,7 triliun. Agung Podomoro (APLN) mengalami hal yang sama dengan capaian Rp 4,5 triliun, turun dari Rp 5 triliun tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper