Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja saham-saham di sektor properti secara tahun berjalan (year to date/YTD) mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,12% dan sektor infrastruktur sebesar 13,99%. Berikut prospek kedua sektor ini menurut analis.
Kepala Riset Narada Asset Manajemen Kiswoyo Adi Joe mengatakan kedua sektor ini sebenarnya tak menawarkan prospek yang terlalu moncer. Pertama, dari sektor properti dia menyebut tanda-tanda pulihnya pasar properti belum terlihat karena permintaan hunian masih seret sehingga penjualan rumah pun belum terkerek.
Dia memproyeksikan pergerakan permintaan bakal terjadi mengikuti siklus yakni setiap 10 tahun. Artinya, permintaan hunian akan naik pada 2020. Dengan demikian, meskipun suku bunga acuan turun tak berimbas langsung pada kenaikan penjualan hunian pada tahun ini.
Seperti diketahui, pada tahun ini Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebanyak empat kali dengan bobot total pemangkasan mencapai 100 basis poin yakni dari 6% menjadi 5%.
“[Dampak pemangkasan suku bunga acuan] enggak terlalu signifikan. Properti menunggu 2020 karena mengikuti siklus 10 tahun,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (28/10/2019).
Kedua, dari sektor infrastruktur, menurutnya juga tak akan terkerek signifikan dari sisi stimulus. Alasannya, pembangunan infrastruktur tak akan semasif lima tahun belakangan karena fokus Pemerintah telah bergeser ke peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Kiswoyo menuturkan bila pun terdapat proyek infrastruktur, pastinya tak sesignifikan pada periode sebelumnya. Oleh karena itu, stimulus dari Kabinet Indonesia Maju tak terlalu menggerakkan sektor infrastruktur nantinya.
“Kita tidak bisa banyak berharap pembangunan akan semasif periode sebelumnya,” katanya.
Baca Juga
Rekomendasi Saham
Terlepas dari proyeksi sektoral itu, dia menyebut terdapat saham beberapa emiten yang masih bisa menjadi pilihan investor. Di sektor properti, Kiswoyo menjagokan tiga emiten yakni PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) dan PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN).
Kiswoyo menuturkan BSDE masih menjanjikan prospek cerah karena ketersediaan simpanan lahan atau land bank yang memadai. Lalu, LPKR masih prospektif karena pendapatan usahanya didukung oleh pengelolaan rumah sakit. Terakhir, APLN masih memiliki proyek pulau buatan di Teluk Jakarta dan penyebaran yang sudah mencapai ke daerah.
“BSDE land bank masih besar. Kalau LPKR ada income dari RS yang membuatnya unik karena satu-satunya. APLN masih ada pulau reklamasi, ketinggalan satu dan udah nyebar ke daerah juga,” katanya.
Sementara itu, untuk jagoan di sektor infrastruktur, Kiswoyo memilih PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM). Menurutnya, prospek pengelolaan jalan tol JSMR cerah karena JSMR mengelola jalur-jalur dengan kepadatan yang tinggi. Dengan demikian, peningkatan kebutuhan mobilisasi bakal mengerek pendapatan perusahaan.
Terakhir, alasannya memilih TLKM karena perusahaan dianggap sebagai pemain yang dominan di bisnis telekomunikasi dari sisi ketersediaan jaringannya dibandingkan dengan rivalnya yakni PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL).
Dia menilai sebenarnya sektor telekomunikasi hampir menyentuh titik jenuh namun dituntut untuk terus mengeluarkan modal jumbo untuk melakukan pembaruan teknologi.
“JSMR pintar pilih jaringan yang gemuk, yang padat jadi prospeknya bagus. Telkom keunggulan jaringannya udah luas, enggak bisa disaingi XL dan Indosat dan enggak terpengaruh perang tarif,” katanya.