Bisnis.com, JAKARTA - Vietnam menerapkan tarif impor selama lima tahun untuk produk baja berlapis asal China dan Korea Selatan setelah produsen dalam negeri mengeluhkan harga yang tidak adil dari pesaing luar negeri.
Harga baja impor disebut membuat perusahaan baja Vietnam menutup jalur produksi.
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam menyatakan akan menaikkan tarif anti-dumping dari 2,53 persen menjadi 34,27 persen untuk produk baja asal dari China. Sementara itu, produk baja dari Korea Selatan akan dikenakan tarif impor sekitar 4,71 persen hingga 19,25 persen.
Sebagai informasi, Vietnam terus memungut tarif impor sebesar 7,94 persen untuk produk-produk dari Shanxi Taigang Stainless Steel Co dan 31,85 persen untuk tarif impor eksportir China lainnya.
Pengenaan tarif tersebut tetap dilakukan meskipun Vietnam masih bergantung pada China, mitra dagang terbesarnya, untuk bahan dan peralatan manufaktur padat karya.
Tarif tersebut mulai berlaku efektif pada 24 Oktober 2019 dan akan diikuti oleh langkah perpanjangan pengenaan tarif impor cold-rolled stainless steel dari China, Indonesia, Malaysia, serta Taiwan yang akan mulai berlaku pada 26 Oktober.
Baca Juga
Selain itu, Vietnam juga akan menaikkan tarif impor dari 10,91 persen menjadi 37,29 persen untuk produk dari pembuat baja asal Malaysia, Indonesia, dan Taiwan.
Di sisi lain, harga baja di bursa Shanghai masih tetap bergerak di zona hijau. Pada perdagangan Senin (28/10) pukul 10.30 WIB, harganya menguat 0,3 persen menjadi 3.300 yuan per ton kendati dibayangi ancaman pelemahan permintaan baja bagi produsen baja terbesar di dunia, yaitu China.
Penguatan harga baja terbantu akibat hubungan dagang AS dan China yang membaik dan mengarah kepada kesepakatan dagang parsial.