Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global masih berada di zona merah pada Senin (21/10/2019), karena para investor mencermati tekanan ekonomi global yang kemungkinan dapat memengaruhi permintaan minyak.
Data Bloomberg menunjukkan hingga Senin (21/10) pukul 16.26 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 0,87 persen atau 0,47 poin ke posisi US$53,31 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis Brent turun 1,06 persen atau 0,63 poin ke posisi US$58,78 per barel.
Tanda-tanda banyaknya persediaan minyak dunia dikombinasikan dengan kecemasan terhadap pertumbuhan ekonomi di China, importir minyak terbesar dunia, yang telah menekan harga pada awal pekan ini.
Margaret Yang, Analis Pasar CMC Markets, mengatakan pelemahan harga mencerminkan pandangan bearish terhadap permintaan energi global.
“Hal itu dipicu oleh perlambatan dalam manufaktur dan perang dagang tidak akan berakhir dalam waktu dekat,” ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Senin (21/10).
Sebelumnya, Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, juga menyatakan tidak memenuhi komitmen pengurangan pasokan pada bulan lalu karena peningkatan produksi kondensat gas alam saat negara itu bersiap untuk musim dingin.
Baca Juga
Seperti diketahui, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia, dan produsen minyak lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Desember 2018 untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari dari awal tahun ini.
Selain itu, pembicaraan antara anggota OPEC, yakni Kuwait dan Arab Saudi, untuk memulai kembali produksi minyak dari ladang bersama di Zona Netral antara kedua negara, dengan kapasitas 500.000 barel per hari bisa berarti lebih banyak pasokan yang kembali ke pasar.
Namun, setiap peningkatan produksi dari Zona Netral itu akan dikompensasi oleh pengurangan pasokan dari ladang Arab Saudi dan Kuwait lainnya karena kedua negara berkomitmen terhadap target mereka berdasarkan perjanjian pengurangan output OPEC+.
Sementara itu, para pelaku pasar percaya OPEC+ dapat memutuskan untuk memperpanjang pengurangan produksi dalam pertemuan Desember 2019, tantangan ekonomi membatasi sentimen naik dan memicu kekhawatiran permintaan minyak.
Adapun pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 6 persen year-on-year (yoy) pada kuartal III/2019, kurang dari harapan karena produksi pabrik yang lemah dan ketegangan perdagangan.