Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) meluncur ke bawah level US$53 per barel setelah sebuah laporan menunjukkan peningkatan jumlah persediaan komoditas ini sebesar lebih dari 10 juta barel.
Laporan tersebut meredupkan optimisme pasar setelah tanda-tanda bahwa perang perdagangan antara AS dan China mungkin hampir berakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November 2019 melorot 1,07 persen atau 0,57 poin ke level US$52,79 per barel pagi ini (Kamis, 17/10/2019) pukul 07.08 WIB.
Padahal, pada perdagangan Rabu (16/10/2019) minyak WTI mampu rebound dan berakhir naik tajam 1,04 persen atau 0,55 poin di level US$53,36 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sejalan dengan WTI, minyak Brent untuk kontrak Desember 2019 pagi ini tergelincir dan melemah 0,86 persen atau 0,51 poin ke level US$58,91 per barel, setelah ditutup 1,16 persen di level US$59,42 pada Rabu (16/10) di ICE Futures Europe Exchange.
Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$5,97 terhadap WTI untuk bulan yang sama.
American Petroleum Institute (API) dikabarkan melaporkan peningkatan stok minyak mentah sebesar 10,5 juta barel. Ini akan menjadi lonjakan terbesar sejak Februari 2017 jika data pemerintah (EIA) yang dirilis pada Kamis (17/10) mengkonfirmasikan hal itu.
“Peningkatan sebesar 10,5 juta barel menyebabkan penurunan harga,” ujar Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy.
“Ini menyebabkan beberapa aksi jual. Sekarang kita perlu menunggu untuk melihat apakah EIA mengkonfirmasikannya,” tambah McGillian, dikutip dari Bloomberg.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan China sudah mulai membeli produk-produk pertanian AS, tetapi ia mungkin tidak akan menandatangani kesepakatan resmi sampai bertemu dengan Presiden China Xi Jinping bulan depan.
Di sisi lain, tim negosiator Eropa dan Inggris tampaknya mendekati kesepakatan yang akan membuka jalan bagi Inggris untuk keluar dari UE. Selain itu, dolar AS yang lebih lemah mendorong permintaan untuk aset berisiko termasuk komoditas seperti minyak.
"Berita utama yang menggembirakan seputar perang perdagangan AS-Cina dan Brexit tampaknya lebih optimistis. Dalam hal ini, sangat masuk akal jika harga minyak menunjukkan sedikit lonjakan,” ujar Pavel Molchanov, seorang analis di Raymond James & Associates Inc.
Namun, lanjut McGillian, fokus utama pasar masih akan pada rusaknya permintaan meskipun dorongan sebelumnya lebih tinggi.
“Bagaimana pembicaraan perdagangan (AS-China) akan berakhir dan apa yang ditunjukkan data ekonomi. Ini menunjukkan apakah akan memperlambat ekonomi dunia,” jelasnya.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak November 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
16/10/2019 | 53,36 | +0,55 poin |
15/10/2019 | 52,81 | -0,78 poin |
14/10/2019 | 53,59 | -1,11 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Desember 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
16/10/2019 | 59,42 | +0,68 poin |
15/10/2019 | 58,74 | -0,61 poin |
14/10/2019 | 59,35 | -1,16 poin |
Sumber: Bloomberg