Bisnis.com, JAKARTA - PT Itama Ranoraya Tbk. mengalokasikan belanja modal sebesar Rp28 miliar guna mendorong pertumbuhan kinerja dua digit pada 2020.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Itama Ranoraya Pratoto Satno Raharjo mengatakan Itama Ranoraya merupakan perusahaan distribusi alat kesehatan, farmasi, dan kedokteran. Perseroan mendistribusikan beberapa perangkat medis antara lain Oneject Auto Disable Syringe (ADS), Abbot Diagnostik, TerumoBCT, dan Ortho Clinical Diagnostic.
Pada tahun depan, perseroan mengalokasikan investasi senilai Rp28 miliar. Dana tersebut digunakan untuk membuka 6 jaringan pemasaran baru di antaranya di Bandung, Medan, Surabaya, dan Makassar.
Kantor pewakilan itu diharapkan dapat menjadi kantor cabang utama, yaitu Medan, Surabaya, dan Makassar. Perseroan juga akan mengembangkan sistem jejaring teknologi informasi dan aplikasi pusat-cabang.
"Rencananya kami akan membuka 6 jaringan pemasaran baru pada tahun depan. Investasinya sekitar Rp28 miliar," katanya pada konferensi pers pada Selasa (15/10/2019).
Itama Ranoraya resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (15/10/2019), dengan kode saham IRRA. Dari aksi initial public offering, perseroan menghimpun dana sebesar Rp149,6 miliar.
Baca Juga
Proyeksi Kinerja
Seiring dengan penetrasi pasar, IRRA mengincar penjualan sebesar Rp400 miliar atau tumbuh 33,33%, serta laba Rp46 miliar atau tumbuh 43,75% pada tahun depan. Sementara itu, pada tahun ini, perseroan mengincar penjualan sebesar Rp300 miliar dan laba Rp32 miliar.
Hingga September 2019, IRRA baru mengantongi laba Rp10 miliar atau belum mencapai separuh dari target. Perolehan laba yang masih mini seiring dengan tertundanya pengadaan barang pemerintah akibat penyelenggaraan Pemilu.
"Pengadaan barang [pemerintah] baru mulai Agustus sehingga saya perkirakan laba mulai melejit pada November dan Desember hingga mencapai Rp32 miliar," katanya.
Perseroan optimistis dapat mencetak kinerja kinclong pada tahun depan. Optimisme ini juga ditopang tren pertumbuhan industri alat kesehatan mencapai 10%. Apalagi Oneject Indonesia, sister company IRAA, dalam proses pembangunan pabrik ke 2 di Cikarang untuk mengejar produksi 1,2 miliar jarum suntik.
Pembangunan pabrik tersebut merespons program WHO yang mencanangkan penggunaan alat suntik yang aman di seluruh dunia. Adapun, tingkat komponen dalam negeri pada produk mencapai lebih dari 50%.
Katalis positif lain yang juga mendorong pertumbuhan kinerja, yakni kenaikan iuran BPJS Kesehatan. "Dengan kandungan tingkat komponen dalam negeri di atas 50%, peluang instansi kesehatan untuk menyerap produk perseroan semakin besar," imbuhnya.
Saat ini pangsa pasar perseroan meliputi institusi kesehatan sawasra maupun milik pemerintah seperti Palang Merah Indonesia, Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).