Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses membukukan rebound dan berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ini, Jumat (4/10/2019), setelah tertekan di wilayah negatif selama lima hari perdagangan beruntun sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup di level 6.061,25 dengan penguatan 0,38 persen atau 22,72 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (3/10), IHSG berakhir di level 6.038,53 dengan koreksi 0,28 persen atau 16,90 poin, penurunan hari kelima berturut-turut.
Indeks mulai bangkit dari rangkaian pelemahannya ketika dibuka naik 0,24 persen atau 14,22 poin di level 6.052,75 pada Jumat pagi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.046,13 – 6.076,56.
Empat dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin industri dasar (+1,50 persen) dan finansial (+1 persen). Lima sektor lainnya ditutup di zona merah, dipimpin aneka industri yang melemah 1,09 persen.
Dari 655 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 195 saham menguat, 185 saham melemah, dan 275 saham stagnan.
Baca Juga
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) yang masing-masing naik 3,67 persen dan 7,14 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG di akhir perdagangan.
Menurut Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya, kenaikan IHSG hari ini ditopang oleh data perekonomian tentang tingkat keyakinan konsumen.
“(Data tersebut) tentunya dapat menopang kenaikan IHSG hari ini hingga beberapa waktu mendatang. Peluang kenaikan masih akan terlihat dalam pola gerak IHSG yang didukung oleh banyak faktor terutama dari dalam negeri,” jelas William melalui riset harian yang diterima Bisnis.
Optimisme konsumen Indonesia terhadap kondisi ekonomi dilaporkan masih tetap terjaga, didukung oleh kuatnya keyakinan atas kondisi penghasilan.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada September 2019, optimisme konsumen terindikasi tetap terjaga walaupun sedikit mengalami pelemahan.
Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2019 yang tetap berada dalam zona optimistis (di atas 100) yaitu sebesar 121,8. Meski demikian, posisi ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan IKK bulan sebelumnya, yang berada di level 123,1.
“Optimisme konsumen yang terjaga ditopang oleh persepsi yang tetap positif terhadap kondisi ekonomi saat ini dan meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang,” terang BI, seperti dilansir dari laporannya.
Menurut BI, persepsi konsumen yang tetap positif terhadap kondisi ekonomi saat ini, terutama didukung oleh meningkatnya keyakinan terhadap kondisi penghasilan saat ini.
Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang meningkat, terutama didorong oleh membaiknya ekspektasi terhadap penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja.
Turut menopang rebound IHSG, nilai tukar rupiah lanjut ditutup menguat 34 poin atau 0,24 persen di level Rp14.138 per dolar AS, di tengah pelemahan dolar AS. Pada perdagangan Kamis (3/10), rupiah berakhir terapresiasi 25 poin atau 0,18 di level Rp14.172 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau lanjut turun 0,01 persen atau 0,008 poin ke level 98,856. Pada Kamis (3/10), indeks dolar ditutup melemah 0,155 poin atau 0,16 persen di posisi 98,864.
Indeks saham lainnya di Asia berakhir variatif, dengan indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing ditutup naik 0,32 persen dan 0,26 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong melorot 1,11 persen di tengah berlanjutnya aksi protes di kota itu.
Dilansir Reuters, investor saham di Asia cenderung melangkah hati-hati sebelum rilis data non-farm payroll AS yang dapat membantu menentukan prospek langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral AS Federal Reserve.
Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP yang dirilis pada Rabu (2/10) menunjukkan pertumbuhan payroll swasta pada bulan Agustus tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya. Dalam laporannya, ADP menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan telah menjadi lebih berhati-hati dalam hal perekrutan.
Data ini memperkuat kekhawatiran yang dipicu pada Selasa (1/10) ketika sebuah laporan menunjukkan aktivitas manufaktur AS berkontraksi ke level terendah dalam lebih dari satu dekade.
Kemudian pada Kamis (3/10), survei dari Institute for Supply Management (ISM) AS menunjukkan indeks aktivitas non-manufaktur turun menjadi 52,6 pada September, terendah sejak Agustus 2016.
Raihan tersebut jauh di bawah ekspektasi sebesar 55,1 dan turun dari level 56,4 pada Agustus 2019.
Rangkaian data tersebut menambah tantangan ekonomi global yang sudah bergulat dengan risiko politik dan ketegangan perdagangan, sekaligus memperkuat ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral AS Federal Reserve guna menyokong ekonomi.
"Kita mungkin akan melihat kenaikan pada saham Asia, tetapi kemudian kegugupan akan merayap ke pasar seiring berjalannya hari," kata Shane Oliver, kepala analis investasi dan kepala ekonom di AMP Capital Investors, seperti dikutip Reuters.
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
BBRI | +3,67 |
SMMA | +7,14 |
SMGR | +6,47 |
INTP | +5,49 |
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
HMSP | -4,44 |
GGRM | -3,56 |
TPIA | -1,48 |
ASII | -0,77 |
Sumber: Bloomberg