Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Volatilitas Tinggi, Investor Beralih ke Saham Lapis Kedua

Saham-saham second liner atau lapis kedua banyak menjadi pilihan investasi di tengah meningkatnya volatilitas di pasar saham.
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (27/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham second liner atau lapis kedua banyak menjadi pilihan investasi di tengah meningkatnya volatilitas di pasar saham. 

Pasalnya, saham-saham yang berfundamental bagus dari kelompok lapis kedua ini dinilai menarik dibandingkan berinvestasi di saham-saham berkapitalisasi besar atau big caps.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks saham-saham berkapitalisasi menengah dan kecil (small-medium caps) yang tercermin dari IDX SMC Composite bertengger di zona hijau dengan penguatan 3,17% sejak awal tahun atau year-to-date per 3 Oktober 2019

Begitu pula indeks IDX SMC Liquid juga menguat 2,74% secara ytd. Sementara itu, IHSG terpantau melemah 2,52% ytd diikuti saham indeks LQ45 dan indeks IDX30 yang masing-masing turun 2,52% dan 4,81%.

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menjelaskan bahwa pelaku pasar saat ini memang tengah mencari peluang di saham-saham lapis kedua yang diharapkan memberikan peluang yang menjanjikan. 

“Mereka [investor] melihat peluang di saham-saham lapis kedua itu memiliki potensi. Selain itu kerentanan saham-saham tersebut terhadap [gejolak] pasar juga tidak terlalu signifikan,” kata Reza kepada Bisnis, Kamis (3/10/2019). 

Dirinya menambahkan, dari sisi bobot juga saham small-medium caps tak terlalu menggerakkan IHSG. Dengan demikian, ketika indeks mengalami tekanan, pengaruhnya tak terlalu besar terasa pada saham lapis kedua.

Adapun, saat ini, tekanan di pasar lebih disebabkan oleh penurunan signifikan harga saham big caps yang bobotnya besar terjadap indeks, seperti saham BMRI, BBCA, UNVR, GGRM, dan HMSP.

Reza menilai, memang kelompok small-medium caps bukan menjadi saham-saham yang defensif di tengah pelemahan pasar. Pasalnya, saham-saham ini rentan ditinggal ketika posisi pasar saham kembali membaik seiring dengan investor kembali mengoleksi saham-saham berkapitalisasi besar.

Lebih lanjut, Reza memilih saham AMRT yang dinilai masih berfundamental baik hingga akhir tahun ini.

Pada kuartal IV/2019, Reza masih memilih saham-saham perbankan dari big caps untuk diakumulasikan kendati kondisi likuiditas perbankan mulai mengetat dan penyaluran kredit agak tertekan.

Namun, perbankan dinilai masih stabil karena hampir sebagian besar seluruh lini bisnis berkaitan dengan sektor keuangan terutama perbankan. Selain itu, perbankan juga masih mendapat topangan dari dana pihak ketika di tengah likuiditas yang ketat ini.

Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menambahkan, saham-saham lapis kedua memiliki volatilitas yang. rendah. Dengan demikian, otomatis paparan yang diterima saham small-medium caps juga kecil atau sedikit. 

“Memang saat ini kita sudah mulai saatnya melihat-lihat saham second liner yang mungkin bisa kasih tingkat pertumbuhan yang bagus,” ujarnya.

Adapun ancaman terjadinya perang dagang antara AS dengan Eropa sementara perang dagang dengan China belum selesai semakin membuat investor asing mengambil sikap wait and see.

Pelemahan IHSG pun disebut Nico seiring dengan pelemahan bursa di global, yang mana kekhawatiran semakin. memanas setelah Eropa dikabarkan siap untuk membalas ancaman AS.

Perhatian pelaku pasar pun bakal mengarah kepada negosiasi lanjutan antara AS dan China pada 10—11 Oktober 2019 dengan harapan dapat ditemukan kesepakatan kecil di sana.

Nico memperkirakan sektor rumah sakit pun layak dikoleksi seiring dengan program kerja dari Presiden Joko Widodo yang ingin fokus pada pengembangan SDM, seperti SILO dan MIKA.

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper