Bisnis.com, JAKARTA - Rencana PT Unilever Indonesia Tbk. menggelar pemecahan nilai nominal saham (stock split) diproyeksi semakin meningkatkan daya tarik dan likuiditas saham emiten bersandi UNVR itu.
Head of Research FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, pasar akan merespons positif rencana stock split UNVR. Apalagi, rencana tersebut telah dinanti pasar.
UNVR tercatat telah 2 kali melakukan stock split, yakni pada 6 November 2000 dan 3 September 2003.
Pada 2003, saham UNVR dipecah dengan rasio 1:10. Dengan demikian, UNVR turun harga dari Rp30.250 ke kisaran Rp3.000 per saham.
Pada hari pertama diperdagangkan setelah stock split pada 3 September 2003, UNVR ditutup di level Rp3.375 per saham. Sejak itu, UNVR telah naik 1.292,59 persen hingga akhir perdagangan Jumat (27/9/2019) saat UNVR ditutup di level Rp47.000.
Stock split, lanjut Wisnu, akan membuat harga saham lebih rendah dan lebih murah sehingga mendorong minat beli investor. Ini berdampak positif pada likuiditas perdagangan sahamnya. Di samping itu, peluang investor untuk memperoleh capital gain lebih tinggi.
Baca Juga
Wisnu mencontohkan, PT Mayora Indah Tbk. yang melakukan pemecahan nilai saham dengan rasio 1:25 pada 2016. Dengan adanya stock split MYOR, nilai saham emiten di sektor konsumer itu turun dari Rp41.475 per saham menjadi sekitar Rp1.600 per saham.
Pada penutupan perdagangan Jumat (27/9/2019), saham MYOR berada di level Rp2.280 per saham atau meningkat lebih dari 35% setelah stock split.
"[Dengan stock split] capital gain juga lebih tinggi. Karena minat beli investor meningkat sehingga mengerek harga sahamnya," katanya.
Setelah stock split, saham UNVR memiliki prospek yang menarik karena harganya lebih murah sehingga bisa dilirik investor retail. Dengan begitu, saham ini dapat menjadi alternatif pilihan investasi di sektor consumer dan di saham defensif.
"Untuk yang sudah punya tetap hold terutama yang jangka panjang, karena fundamentalnya bagus. Bagi yang belum punya, ini menjadi alternatif untuk dilirik karena jauh lebih murah," imbuhnya.
Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe mengatakan pasar menanti informasi rasio stock split Unilever. Dia memperkirakan stock split akan dilakukan pada rasio 1:3 atau maksimal 1:5. Pada rasio tersebut, harga saham UNVR bakal lebih terjangkau investor ritel.
"Sekitar 1:3, maksimal 1:5. Kalau terlalu murah, fluktuasi [harga sahamnya] terlalu tinggi," katanya kepada Bisnis, Sabtu (29/9/2019).
Analis memproyeksikan saham UNVR masih berpotensi naik dengan harga wajar Rp58.000 hingga akhir tahun 2019. Untuk itu, analis masih merekomendasikan beli terhadap saham di sektor consumer ini.
"Ketika akan stock split, [harga saham] biasanya akan naik. Setelah stock split, gerak saham cenderung sideways," imbuhnya.
Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan stock split baik untuk menambah transaksi saham lebih likuid. Dia memproyeksikan rasio stock split UNVR berada pada level 1:5 atau 1:10, seiring dengan harganya yang mendekati Rp50.000 per saham.
"Kami memproyeksikan UNVR tidak akan stock split sehingga harganya menjadi di bawah Rp3.000. Secara psikologis, investor melihat saham UNVR premium," imbuhnya.
Sementara itu, pada sesi I perdagangan Senin (30/9/2019), UNVR turun 600 poin atau 1,28% ke level Rp46.400 per saham. SAham UNVR menguat 2,2% secara year-to-date.