Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak jatuh pada Rabu (25/9/2019), setelah pidato Presiden AS Donald Trump di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menambah ketidakpastian prospek pertumbuhan ekonomi global yang menopang permintaan energi.
Dalam pidato di PBB, Trump mengecam China dan menuduh Iran memiliki perilaku yang mengancam.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga Rabu (25/9) pukul 08.43 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,65 persen atau 0,37 poin ke posisi US$56,92 per barel, sedangkan harga minyak Brent melemah 0,73 persen atau 0,46 poin ke posisi US$62,64 per barel.
Sementara itu, para pedagang secara cermat mengikuti progres Arab Saudi dalam memulihkan instalasi minyak mentah mereka, yang dilumpuhkan oleh serangan udara lebih dari sepekan lalu.
Produsen minyak Saudi Aramco menyatakan sebagian besar kapasitas yang terganggu akan beroperasi pada akhir bulan ini. Namun, hal itu menuai kritikan para pengamat karena dinilai terlalu ambisius.
“Terlalu optimistis,” kata Joe McMonigle, analis di Hedgeye Risk Management, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (25/9).
Baca Juga
Dia memperkirakan Arab Saudi tidak akan mampu memenuhi produksi minyak secara penuh, paling cepat sampai akhir 2019. Pada pekan lalu, minyak berada di bawah tekanan di tengah tanda-tanda bahwa Arab Saudi membuat kemajuan yang cepat dalam memulihkan produksi.
Sentimen negatif bertambah dari Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde yang mengindikasikan bahwa ketegangan perang dagang masih menjadi ancaman utama pertumbuhan ekonomi global.
Terlepas dari hambatan besar, kontrak berjangka Brent yang diperdagangkan di London menuju kenaikan bulanan terbesar sejak April 2019. Sementara itu, patokan AS ditetapkan untuk kenaikan bulanan terbesar sejak Juni 2019.
Di AS, menurut survei Bloomberg, stok minyak mentah kemungkinan turun 600.000 barel pada pekan lalu. Energy Information Administration (EIA) dijadwalkan merilis penghitungan stok mingguan pada Rabu (25/9) waktu setempat.