Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan Chandra Asri (TPIA) Tertekan Harga Ethylene dan Polyethylene

Pada semester I/2019, pendapatan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. turun 18,07 persen secara year-on-year (yoy).
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan pabrik Polyethylene (PE) baru berkapasitas 400.000 ton per tahun di kompleks petrokimia terpadu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP), Cilegon, Banten, Selasa, (18/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 18,07 persen secara tahunan pada semester I/2019, menjadi US$1,05 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$1,29 miliar.
 
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (24/9/2019), Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan pendapatan bersih yang lebih rendah sebagian besar disebabkan harga jual rata-rata produk yang lebih rendah. Ini terutama terjadi untuk produk ethylene dan polyethylene. 
 
Harga ethylene turun dari US$930 per metrik ton pada kuartal I/2019, menjadi US$828 per metrik ton pada kuartal II/2019. Hal ini didorong oleh pasar yang sepi karena liburan di China dan Jepang, serta Idulfitri di Asia Tenggara, di tengah permintaan yang lebih lemah secara keseluruhan dan pasokan yang cukup dengan beberapa pemadaman unit hilir. 
 
Sementara itu, harga polyethylene turun menjadi US$1.094 per metrik ton pada periode April-Juni 2019. Harga polyethylene yang lebih lemah didorong oleh sepinya aktivitas perdagangan selama musim liburan, ketidakpastian karena ketegangan perdagangan AS-China, dan persediaan yang cukup. 
 
Ethyelen termasuk dalam segmen divisi olefin. Pendapatan di segmen ini mencapai US$390,69 juta atau berkontribusi 32,92 persen terhadap jumlah pendapatan sebelum eliminasi sebesar US$1,19 juta pada semester I/2019.

Pendapatan segmen olefin dalam paruh pertama tahun ini, menyusut 24,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sebesar US$519,74 juta. 
 
Adapun polyethylene masuk dalam segmen polyolefin. Pendapatan di segmen ini mencapai US$486,16 juta atau berkontribusi 40,96 persen terhadap jumlah pendapatan sebelum eliminasi sebesar US$1,19 juta pada semester I/2019.

Pendapatan segmen polyolefin dalam paruh pertama tahun ini, terpangkas 16,53 persen dibandingkan dengan capaian semester I/2018, yang menyentuh US$582,42 juta.
 
Sementara itu, volume penjualan keseluruhan stabil secara tahunan yakni 1.059 KT pada semester I/2019, dibandingkan semester I/2018 sebesar 1.067 KT. Kapasitas pabrik diklaim memuaskan pada tingkat 100 persen di pabrik hulu dan hilir. 

Di sisi lain, beban pokok pendapatan turun 12,35 persen menjadi US$918,8 juta. Hal ini terutama disebabkan biaya bahan baku yang lebih rendah, khususnya naphtha, yang turun sekitar 13 persen menjadi US$547 per ton pada semester I/2019, seiring dengan harga minyak Brent yang lebih rendah sebesar 7 persen secara tahunan. 
 
EBITDA yang turun 46,3 persen menjadi US$125 juta terutama disebabkan margin petrokimia yang lebih rendah didorong moderatnya margin kimia.

Laba bersih setelah pajak pun anjlok 71,1 persen menjadi US$33,3 juta dari posisi semester I/2018, yang mencapai US$115,5 juta. Laba bersih setelah pajak juga mencerminkan bagian rugi bersih entitas asosiasi sebesar US$8,5 juta, yang timbul dari usaha patungan di PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) saat peningkatan operasi.
 
"Kinerja keuangan kami selama paruh pertama 2019, mencerminkan moderatnya margin petrokimia global karena penambahan kapasitas, pelemahan permintaan,dan ketidakpastian yang disebabkan oleh ketegangan perdagangan AS-China. Di dalam negeri, kami terus mengamati permintaan yang kuat didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil. Tingkat operasi kami memuaskan pada tingkat 100 persen di seluruh pabrik hulu dan hilir," papar Suryandi dalam keterbukaan informasi. 
 
Emiten bersandi saham TPIA ini mempertahankan likuiditas dan fleksibilitas finansial dengan saldo kas sebesar US$649 juta per 30 Juni 2019. 
 
Perseroan menegaskan terus mempertahankan pertumbuhan yang menguntungkan. Rencana ekspansi CAP 2 untuk menggandakan kapasitas secara efektif berjalan sesuai rencana.

TPIA juga sedang melakukan Turn-Around Maintenance (TAM) reguler yang dijadwalkan berlangsung selama 55 hari mulai 1 Agustus 2019, untuk tie-in dengan pabrik Polyethylene baru berkapasitas 400 KTA dan ekspansi pabrik Polypropylene sebesar 110 KTA. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper