Bisnis.com, JAKARTA – Fitch Ratings memberikan peringkat nasional jangka panjang A-(idn) dan outlook stabil untuk PT Buana Lintas Lautan Tbk., yang mencerminkan posisi perseroan yang solid dalam industri perkapalan.
Posisi perusahaan yang solid didukung oleh peraturan cabotage, hubungan yang kuat dengan pelanggannya yang salah satunya adalah PT Pertamina (Persero), dan proporsi kontrak time-charter yang besar.
“Kami memperkirakan profil leverage yang moderat untuk 3 tahun ke depan, dengan FFO [Fund From Operation] adjusted gross leverage di bawah 4 kali, setelah memperhitungkan investasi untuk pertumbuhan armada yang signifikan selama periode tersebut,” sebut Senior Analyst Fitch Ratings Christie Pardede dalam laporannya yang dikutip Bisnis, Kamis (19/9/2019).
Dia menerangkan peringkat nasional di kategori A menunjukkan ekspektasi akan risiko gagal bayar yang relatif rendah terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia. Namun, kondisi ini bisa saja berubah jika ada perubahan dalam situasi ekonomi yang dapat memengaruhi kapasitas perseroan untuk melakukan pembayaran secara tepat waktu.
Fitch juga menyebutkan sejumlah faktor penggerak peringkat bagi emiten berkode BULL tersebut. Pertama, visibilitas pendapatan dari kontrak charter, di mana porsi kontrak time-charter mencapai 75 persen dari pendapatan BULL pada kuartal I/2019.
Pada kuartal II/2019, pangsa pasar perseroan tercatat naik menjadi 80 persen dengan bertambahnya kontrak time-charter. Per Juli 2019, sekitar 86 persen kapasitas armada berada di bawah kontrak time-charter. Secara keseluruhan, BULL menargetkan porsi kontrak time-charter mencapai setidaknya 90 persen pada akhir 2019.
Baca Juga
Kedua, posisi bisnis yang kuat. Fitch menyatakan BULL meningkatkan pangsa pasar tanker Aframax yang disewa Pertamina sebesar 42 percentage points (pp) selama 2014-2019. Kondisi tersebut diklaim di atas peningkatan pangsa pasar tanker medium-range yang sebesar 11 pp.
"Pertumbuhan permintaan didukung oleh ekonomi Indonesia yang berkembang, yang kami yakini kemungkinan akan terus berlanjut," tutur Christie.
Fitch memproyeksi industri kapal tanker domestik bakal menikmati day rates yang relatif stabil karena industrinya terfragmentasi, dengan jumlah pemain kecil yang banyak dan perlindungan dari pemain internasional melalui peraturan cabotage.
Ketiga, konsentrasi pelanggan, rendah risiko. Kontribusi dari Pertamina mencapai 56 persen terhadap pendapatan BULL pada kuartal I/2019, meningkat dari 40 persen pada akhir Desember 2018.
Meski kondisi ini membuat perseroan terpapar terhadap sejumlah risiko terkait Pertamina--misalnya jika Pertamina tidak memperbarui kontrak, tidak memberikan kontrak baru, atau gagal bayar--Fitch meyakini risiko tersebut termitigasi secara signifikan. Pasalnya, hubungan antara BULL dengan Pertamina sudah terjalin lama, Pertamina memiliki profil kredit yang baik, dan riwayat operasi BULL yang sehat.
Keempat, armada tua dan kecil. Armada BULL rata-rata berusia 18 tahun, jauh di bawah usia manfaat maksimum kapal yang sebesar 30 tahun.
Kelima, pertumbuhan yang cepat kemungkinan berlanjut. Fitch menyampaikan jumlah armada BULL naik menjadi 21 kapal per Juli 2019, dari 10 kapal pada 2015, sehingga melonjak hampir 200 persen dalam kapasitas tonase.
"Pertumbuhan kapal terhenti pada 2018, menyusul sanksi daftar hitam. Namun, kami memproyeksi ukuran armada akan meningkat dengan cepat selama 3 tahun ke depan," ujar Christie.
Risiko dari pertumbuhan armada yang lebih cepat dari perkiraan disebut dapat dimitigasi oleh komitmen perusahaan untuk mempertahankan rasio debt-to-EBITDA di bawah 3,5 kali, belanja modal yang dihubungkan dengan kemungkinan kontrak baru, dan pendapatan dari kontrak time-charter setidaknya 90 persen.
Terakhir, leverage sedang, negatif Free Cash Flow (FCF).
"Kami mempertahankan perkiraan kami bahwa FFO adjusted gross leverage BULL akan naik ke sekitar 4 kali pada 2019, dari sekitar 3 kali pada 2018, didorong oleh investasi berjumlah besar untuk mendukung pertumbuhan armada," papar Christie.
Fitch juga memperkirakan adanya leverage yang moderat di sekitar 3 kali pada 2020 dan FCF akan negatif selama 3 tahun ke depan. Naiknya arus kas operasi didorong oleh peningkatan kapasitas armada diproyeksi bakal diimbangi dengan pengeluaran arus kas untuk pembelian kapal.
Secara garis besar, asumsi utama yang digunakan Fitch dalam pemberian peringkat tersebut meliputi kapasitas deadweight tonnage meningkat pada CAGR sebesar 33 persen selama 2019-2021; tarif harian tanker secara keseluruhan tetap; rata-rata belanja modal per tahun sekitar US$90 juta selama 2019-2021; naiknya biaya langsung operasi kapal, tidak termasuk biaya pelabuhan dan bahan bakar bunker, sebesar 2 persen per tahun; serta peningkatan biaya administrasi sebesar 7 persen per tahun dari 2019.
Di sisi likuiditas, BULL memiliki kas senilai US$2 juta per kuartal I/2019. Sementara itu, pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam 1 tahun sebesar US$43 juta dan pinjaman jangka pendek US$2 juta.
Perseroan memiliki total utang senilai US$119 juta, yang terdiri atas pinjaman bank dengan jaminan. Rencana ekspansi BULL juga akan menghasilkan negatif FCF yang signifikan pada 2019-2020.
"Namun, kami melihat risiko likuiditas dari utang yang jatuh tempo dengan jumlah yang signifikan dan FCF negatif dapat dikelola oleh perusahaan," tambah Fitch.
Pada Juli 2019, BULL menerima sekitar US$42 juta dari rights issue dan US$13 juta dari refinancing.