Bisnis.com, JAKARTA--Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi bahwa pasar obligasi pada perdagangan hari ini bakal menguat ditopang oleh sentimen potensi penurunan suku bunga acuan dua Bank Sentral, yakni The Fed dan Bank Indonesia.
Dikutip dari hasil risetnya, Senin (16/9/2019), Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pasar obligasi diperkirakan bakal memguat pada perdagangan hari ini akibat optimisme penurunan suku bunga yang akan dilakukan dua bank sentral. Lebih lanjut, dia menuturkan The Fed masih terpecah menjadi dua kubu yakni kubu hawkish yang menganggap kondisi ekonomi AS masih aman.
Kubu ini memegang data seperti konsumsi masih kuat, tingkat pengangguran rendah, dan pertumbuhan gaji masih terlihat baik. Dengan demikian, kubu ini tak melihat bahwa memangkas suku bunga acuan mendesak untuk dilakukan.
Kubu dovish justru sebaliknya. Kubu ini melihat kondisi ekonomi AS yang masih muram karena manufaktur dalam tahap resesi dan perang dagang yang juga belum usai.
Kendati demikian, Jerome Powell sebagai pimpinan The Fed tak terlihat jelas mewakili salah satu dari kubu tersebut. Meskipun, sejak awal Powell menegaskan sikapnya untuk tak terburu-buru memangkas suku bunga acuan bertolak dari data tenaga kerja yang masih solid dan stabilnya harga.
Maximilianus memprediksi bahwa kondisi ekonomi AS dengan inflasi yang belum menyentuh di atas 2% dan kestabilan ekonomi yang perlu dijaga bakal menjadi fondasi penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
Baca Juga
Di sisi lain, dia menilai tak ada alasan mengelak penurunan suku bunga bila melihat perang dagang yang masih kusut, Bank Sentral Eropa yang memangkas tingkat suku bunga depositonya yang diikuti dengan Quantitative Easing tahap 2.
"Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi menguat," ujarnya.
Sementara itu, bila The Fed menurunkan suku bunga, Bank Indonesia akan merespons dengan langkah yang sama. Bila keputusan itu dilakukan, dia memperkirakan bahwa IHSG dan pasar obligasi akan menguat.
Sentimen lainnya yakni melonjaknya harga minyak mentah akibat terganggunya produksi Arab Saudi. Naiknya tensi geopolitik mengerek naik harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) sebesar 12% dan Brent sebesar 19%. Adapun, pasar masih merespons negatif peristiwa tersebut.
Terakhir, demonstrasi di Hong Kong yang masih menuntut empat tuntutan lainnya. Maximilianus merekomendasikan agar investor melakukan aksi beli dengan volume terbatas guna memanfaatkan peluang penguatan pada perdagangan hari ini.
"Di tengah hingar bingar pasar, kami masih merekomendasikan beli hari ini dengan volume terbatas," katanya.