Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Rokok Jebol IHSG, Ini Kata Analis

Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Senin (16/9/2019), dengan saham sejumlah emiten rokok sebagai penekan utama.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta/Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta/Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Senin (16/9/2019), dengan saham sejumlah emiten rokok sebagai penekan utama.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup merosot 1,82 persen atau 115,41 poin di level 6.219,43 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat (13/9), IHSG berakhir di level 6.334,84 dengan koreksi 0,12 persen atau 7,33 poin.

Indeks mulai melanjutkan pelemahannya dengan dibuka turun tajam 1,15 persen atau 72,55 poin di level 6.262,29 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.193,51 – 6.266,14.

Delapan dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin konsumer (-6,06 persen) dan finansial (-1,62 persen). Satu-satunya sektor yang berakhir di wilayah positif adalah tambang dengan kenaikan 0,54 persen.

Dari 651 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 122 saham menguat, 296 saham melemah, dan 233 saham stagnan.

Saham emiten konsumer PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) yang masing-masing turun 18,21 persen dan 20,64 persen pun menjadi penekan utama merosotnya IHSG.

Dilansir dari Bloomberg, saham HMSP mendorong penurunan di saham-saham produsen rokok nasional setelah pemerintah mengumumkan rencana untuk menaikkan tarif cukai sebesar 23 persen tahun depan.

“Tarif cukai akan memberi dampak negatif yang signifikan pada volume saat merek second liner tidak akan lagi menjadi support untuk perusahaan-perusahaan,” ujar Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Janni Asman.

“Sentimen negatif dapat bertahan serta menekan harga saham Gudang Garam dan Sampoerna,” tambah Janni, seperti dilansir dari Bloomberg.

Sementara itu, Analis RHB Sekuritas yang terdiri atas Michael Wilson Setjoadi, Jessica Pratiwi, dan Marco Antonius, menurunkan peringkat sektor tembakau menjadi underweight.

Perusahaan broker mempertahankan preferensi untuk Sampoerna karena perusahaan ini tampak lebih defensif mengingat perolehan labanya kurang sensitif terhadap tarif cukai ketimbang Gudang Garam, dan menawarkan lebih banyak produk premium.

RHB Sekuritas menurunkan proyeksi laba Gudang Garam pada 2020 sebesar 33 persen serta memangkas ratingnya menjadi ‘sell’ dari ‘buy’. Adapun proyeksi laba Sampoerna pada 2020 diturunkan sebesar 21 persen, dengan ratingnya dipangkas menjadi ‘neutral’ dari ‘buy’.

Aksi jual yang melanda saham-saham produsen rokok menyeret turun IHSG yang sekaligus mencatat penurunan terbesar keduanya sejak anjlok 2,6 persen pada 5 Agustus. Dengan pelemahannya, IHSG juga membukukan kinerja terburuk di Asia pada perdagangan hari ini.

Sebagian indeks saham lain di Asia berakhir di wilayah negatif meskipun cenderung moderat. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,83 persen, sedangkan indeks saham Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing ditutup turun 0,02 persen dan 0,37 persen.

Dilansir dari Bloomberg, mayoritas indeks saham di Asia melemah di tengah meningkatnya kekhawatiran atas risiko geopolitik akibat serangan terhadap jantung produksi minyak Arab Saudi.

Pada Sabtu (14/9/2019), pabrik minyak milik raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, terbakar setelah diserang drone. Serangan drone tersebut berdampak pada dua pabrik Aramco, yakni di Abqaiq dan Khurais.

Menurut Saudi Aramco, serangan itu menggerus produksi minyak perusahaan sebesar 5,7 juta barel per hari. Serangan ini terjadi di tengah rencana Aramco untuk melepas sahamnya ke publik. Jika terealisasi, nilai IPO Aramco digadang-gadang menjadi yang terbesar dalam sejarah.

Kabar serangan dahsyat terhadap eksportir minyak mentah terbesar di dunia alhasil mendongkrak tajam harga minyak serta mengangkat kinerja mata uang negara-negara yang terkait komoditas, termasuk krone Norwegia dan dolar Kanada.

Sementara itu, bursa saham Hong Kong melorot pascarilis sejumlah data aktivitas perekonomian China yang meleset dari perkiraan. Produksi industri China naik 4,4 persen dan penjualan ritel meningkat 7,5 persen pada Agustus 2019.

“Serangan drone pada akhir pekan kemarin terhadap fasilitas minyak Saudi menandai kemunduran besar atas lanskap geopolitik global,” ujar Taimur Baig, kepala ekonom di DBS Bank Ltd.

“Selain membantu sejumlah perusahaan pengekspor minyak, dampak keseluruhan dari meningkatnya risiko adalah negatif untuk pasar ekuitas global dalam waktu dekat,” terangnya.

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah ditutup melemah 75 poin atau 0,54 persen di level Rp14.042 per dolar AS, mematahkan rangkaian apresiasi dua hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

HMSP

-18,21

GGRM

-20,64

BBRI

-2,78

TPIA

-6,74

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

TLKM

+1,44

BRPT

+3,85

POLL

+8,53

CPIN

+3,88

Sumbe: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper