Bisnis.com, JAKARTA—Otoritas Jasa Keuangan kembali memperketat transaksi efek dalam portofolio investasi reksa dana. Kali ini, Manajer Investasi dilarang menerbitkan reksa dana yang bertujuan melakukan pembelian efek dari calon atau pemegang unit penyertaan
Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A Yunita Linda Sari meyampaikan, OJK menemukan bahwa tingkat aktivitas pemanfaatan reksa dana sebagai sarana perbaikan pembukuan (financial engineering) oleh sejumlah pihak semakin meningkat.
Berdasarkan data Direktorat Pengelolaan Investasi per 27 Agustus 2019, terdapat 2.158 produk reksa dana dengan dana kelolaan senilai Rp536,52 triliun.
Di dalamnya, terdapat 689 reksa dana dengan dana kelolaan senilai Rp190,82 triliun yang dimiliki oleh investor tunggal.
Dari jumlah tersebut, terdapat 621 reksa dana investor tunggal dengan portofolio investasi lebih dari 1 efek (non-tunggal) dengan total dana kelolaan senilai Rp181,38 triliun. Sisanya, sebanyak 68 reksa dana merupakan reksa dana yang dimiliki oleh investor tunggal dengan portofolio investasi 1 efek dengan dana kelolaan Rp9,4 triliun.
“Praktik pengelolaan reksa dana yang dimaksud di atas berpotensi memperluas eksposur risiko dalam pengelolaan investasi,” tulis Linda dalam surat bernomor S-1100/PM.21/2019 yang diterima Bisnis, Selasa (10/9/2019).
Baca Juga
Dengan demikian, OJK melarang manajer investasi menerbitkan reksa dana yang bertujuan melakukan pembelian efek dari calon atau pemegang unit pernyertaaan serta pihak terafiliasi dari calon atau pemegang unit penyertaan.
Apabila saat ini MI terlanjur telah melakukan penerbitan reksa dana dengan tujuan tersebut, fund manager wajib menyampaikan surat pernyataan kepada OJK dalam waktu 10 hari kerja setelah pengumuman ini dibuat.
Adapun kewajiban untukmelaporkan produk reksa dana tersebut juga berlaku bagi MI yang telah dalam proses pendaftaran maupun yang sudah mendapatkan pernyataan efektif penerbitan reksa dana dengan tujuan di atas.