Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan emas pada perdagangan Senin (9/9/2019) diragukan investor setelah logam mulia membukukan kerugian pada dua pekan berturut-turut dengan ukuran votalitas harga yang melonjak.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13.20 WIB harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak berbalik menguat 0,12% menjadi US$1.508,7 per troy ounce, sedangkan harga emas di pasar spot menguat 0,1% menjadi US$1.517 per troy ounce.
Broker Komoditas di RJ O'Brien & Associates LLC Phil Streible mengatakan bahwa emas sesungguhnya tengah dijauhi oleh investor seiring dengan berkurangnya minat terhadap aset safe haven.
Emas masih dibayangi oleh komentar Ketua The Fed Jerome Powell yang menangkis bahwa AS menuju resesi. Powell mengatakan bahwa pelemahan ekonomi AS masih dalam batas wajar sehingga pasar menilai The Fed tidak akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September.
Logam kuning tersebut jatuh ke level terendah dalam 2 minggu pada perdagangan Jumat (6/9/2019) ke level US$1.506,82 per troy ounce, dua hari setelah menyentuh level tertinggi dalam enam tahun. Emas gagal memperpanjang reli bahkan ketika kekhawatiran pasar terhadap Brexit, perang dagang, dan kemerosotan manufaktur cenderung mereda.
“Volatilitas harga emas sedang meningkat. Ketika volatilitas meningkat, itu merupakan sebuah perdagangan yang dilakukan hanya secara emosional,” ujar Phil seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (9/9/2019).
Baca Juga
Dia mengatakan, ukuran volatilitas 60 hari dalam emas berjangka naik ke level tertinggi sejak Februari 2017.
Sementara itu, Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan dalam publikasi risetnya mengatakan bahwa emas tengah ditekan dua sentimen yang saling berlawanan. Dia mengatakan, penguatan emas kali ini didorong oleh dolar AS yang melemah akibat rilis data ketenagakerjaan AS periode Agustus yang lebih rendah dari perkiraan.
Dia menilai harga emas berpotensi bergerak naik menguji level resisten US$1.514 per troy ounce dan penembusan level resisten tersebut berpeluang menopang kenaikan harga emas menguji level resisten selanjutnya di US$1.518 dan US$1.523 per troy ounce.
Namun, rencana negosiasi dagang AS dan China pada Oktober akan membebani penguatan tersebut.
“Harga emas berpeluang bergerak turun menguji level support US$1.502 per troy ounce, jika pasar lebih optimis pada perundingan dagang AS-China. Penembusan level support tersebut berpeluang menekan harga emas menguji level support selanjutnya di US$1.498 dan US$1.494 per troy ounce,” tulis Yudi seperti dikutip dari risetnya, Senin (9/9/2019).