Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Logam Dasar Menguat, Nikel Dibayangi Aksi Ambil Untung

Pada perdagangan Kamis (5/9/2019) hingga pukul 16.50 WIB, mayoritas harga logam dasar di bursa London berhasil menguat.
Nikel/Istimewa
Nikel/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar logam dasar telah dibayangi kombinasi berita baik, seperti Hong Kong yang resmi mencabut RUU ekstradisi dan rencana negosiasi AS dan China pada Oktober mendatang sehingga membuat mayoritas logam berada di zona hijau.

Pada perdagangan Kamis (5/9/2019) hingga pukul 16.50 WIB, mayoritas harga logam dasar di bursa London berhasil menguat dengan tembaga naik 0,91% menjadi US$5.802 per ton, seng naik 1,37% menjadi US$2.345 per ton, aluminium naik 0,25% menjadi US$1.775,5 per ton, dan timbal naik 0,96% menjadi US$2.069,5 per ton.

Sementara itu, nikel yang sempat melonjak tinggi beberapa perdagangan terakhir kini berbalik terkoreksi 2,63% menjadi US$17.615 per ton.

Adapun, harga tembaga di bursa London tersebut berhasil menjadi level tertinggi sejak 19 Agustus.

Di sisi lain, kontrak tembaga yang paling banyak diperdagangkan di Shanghai Futures Exchange naik sebanyak 2,4% menjadi 47.280 yuan per ton, tertinggi sejak 30 Juli, sebelum turun hingga 1,69% pada penutupan menjadi 46.950 yuan per ton.

Head of Base Metals and Battery Research Fastmarkets William Adams mengatakan bahwa penguatan terjadi mengingat terdapat beberapa kabar baik terkait data ekonomi China, prospek penggelontoran stimulus, dan tekanan politik Hong Kong yang berkurang.

“Namun, secara keseluruhan tampak rapuh. Negosiasi perdagangan AS-China memiliki kebiasan untuk bubar di tengah jalan sehingga kami berekspektasi penguatan hanya akan berumur pendek,” ujar William seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (5/9/2019).

Dia menilai pasar ingin melihat sebuah kesepakatan yang pasti terlebih dahulu dari AS dan China sebelum mendapatkan sinyal bullish.

Sementara itu, pelemahan nikel dinilai karena kecenderungan investor untuk aksi ambil untung setelah harga menyentuh level tertingginya dan kenaikan dalam jangka pendek menyebabkan harga tampak overbought.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper