Bisnis.com, JAKARTA— PT Aneka Tambang Tbk. tetap mempertahankan target produksi dan penjualan emas 2019 meski harga komoditas itu terus merangkak naik sepanjang periode berjalan tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan realisasi produksi dan penjualan pada semester I/2019 merupakan pijakan atas kinerja sepanjang 2019. Menurutnya, emiten berkode saham ANTM itu menargetkan pertumbuhan kinerja produksi dan penjualan tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
Di tengah tren kenaikan harga emas, Kunto menyebut perseroan belum berencana menaikkan target produksi dan penjualan komoditas itu.
“Tetap mengacu kepada target semula,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (7/8/2019).
Berdasarkan catatan Bisnis.com, ANTM menargetkan produksi emas 2.036 kilogram (kg) pada 2019 dari tambang emas Pongkor dan Cibaliung. Dari situ, penjualan emas diproyeksikan mencapai 32.036 kg atau tumbuh 14% dari 27.894 kg dari realisasi pada 2018.
ANTM melaporkan penjualan bersih yang tidak diaudit atau unaudited Rp14,43 triliun pada semester I/2019. Nilai itu naik 22% dari Rp11,82 triliun periode yang sama tahun lalu.
Secara detail, perseroan pertambangan milik negara itu melaporkan penjualan yang tidak diaudit atau unaudited emas mencapai 15.741 kg pada semester I/2019. Realisasi tersebut tumbuh 14% dibandingkan 13.760 kg per akhir Juni 2018.
Komoditas emas merupakan kontributor terbesar terhadap nilai penjualan unaudited ANTM pada semester I/2019. Lini usaha itu menyumbangkan Rp9,61 triliun atau 67% dari total nilai penjualan Januari 2019—Juni 2019.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex kontrak Desember 2019 dibuka di zona merah dengan pelemahan 7,50 poin atau 0,49 persen di level US$1.512,10 per troy ounce. Pergerakan harga emas terus masih melemah 5,6 poin atau 0,37 persen ke level US$1.514 per troy ounce pada pukul 07.48 WIB.
Harga emas menguat ke level tertinggi sejak 6 tahun lalu dan menembus level US$1.500, setelah pada perdagangan kemarin, Rabu (7/8/2019), ditutup menguat 35,4 poin atau 2,39 persen di posisi 1.519,6 per troy ounce.
Senior Manager Research Analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menyebut komoditas emas memang menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan ANTM. Akan tetapi, dari sisi laba, feronikel menjadi yang terbesar bagi perseroan tambang milik negara itu.
"Dua harga komoditas ini memang lagi uptrend," jelasnya, Rabu (7/8/2019).
Dia menyebut estimasi kinerja operasional dan keuangan ANTM masih lebih tinggi. Dengan demikian, prospek perseroan masih positif. Robertus merekomendasikan beli saham ANTM. Target harga berada di level Rp1.500.