Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi & Penjualan Turun, Vale Indonesia (INCO) Bukukan Rugi US$26,17 juta pada Semester I/2019

Vale Indonesia membukukan pendapatan US$292,25 juta pada Januari-Juni 2019. Nilai tersebut melorot 21,98 persen secara tahunan dari US$374,61 juta pada semester I/2018.
Articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki
Articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019)./ANTARA-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA--PT Vale Indonesia Tbk. mengantongi rugi periode berjalan US$26,17 juta pada semester I/2019.

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2019 yang dipublikasikan perseroan pada Selasa (6/8/2019), Vale Indonesia membukukan pendapatan US$292,25 juta pada Januari-Juni 2019. Nilai tersebut melorot 21,98 persen secara tahunan dari US$374,61 juta pada semester I/2018.

Pada 6 bulan pertama tahun ini, beban pokok pendapatan emiten berkode saham INCO itu tercatat lebih tinggi dari pendapatan. Beban pokok pendapatan INCO mencapai US$315,01 juta. Secara tahunan, beban pokok itu melandai 1,88 persen dari US$321,07 juta pada semester I/2018.

Kondisi tersebut menekan bottom line emiten tambang tersebut. INCO membukukan rugi usaha US$35,4 juta dan laba periode berjalan US$26,17 juta pada semester I/2019.

Padahal, pada semester I/2018, Vale Indonesia masih mengantongi laba usaha US$42,18 juta dan laba periode berjalan US$29,38 juta.

Dalam keterangan resminya, Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto memaparkan perseroan mencatatkan produksi sebesar 17.631 metrik ton (MT) nikel dalam matte dan penjualan sebesar US$165,8 juta pada kuartal II/2019.

"Vale membukukan EBITDA sebesar US$28,8 juta pada kuartal II/2019, secara signifikan lebih tinggi dibandingkan US$4,0 juta pada kuartal I/2019, terutama disebabkan oleh penjualan dan harga realisasi rata-rata yang lebih tinggi dan beban pokok pendapatan per metrik ton nikel dalam matte yang lebih rendah," tulisnya.

Pada kuartal II/2019, harga realisasi rata nikel tercatat US$9.774 per ton, naik dari US$9.117 per ton pada kuartal I/2019. Namun, secara tahunan nilainya menyusut dari US$10.405 per ton pada semester I/2018 menjadi US$9.479 per ton pada semester I/2019.

Akibat turunnya harga itu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) yang dibukukan pada semester I/2019 anjlok signifikan dari US$109,3 juta pada semester I/2018 menjadi US$32,8 juta.

"Perseroan memproduksi dan menjual lebih banyak nikel dalam matte selama kuartal II/2019 dibandingkan dengan kuartal I/2019 setelah aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan selesai dikerjakan."

Merujuk data perseroan, produksi nikel dalam matte pada kuartal I/2019 dan kuartal II/2019 masing-masing 13.080 MT dan 17.631 MT. Dengan demikian total produksi Vale Indonesia 30.711 MT pada semester I/2019, lebih rendah dari realisasi semester I/2018 sebanyak 36.034 MT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper