Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Australia Kirim Sinyal Dovish, Dolar Aussie Dilanda Aksi Jual

Adanya sinyal stimulus tambahan dari Reserve Bank of Australia (RBA) memberikan tekanan terhadap mata uang Negeri Kangguru.
Seorang pebisnis melintasi kantor bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) di Sydney./Reuters-Jason Reed
Seorang pebisnis melintasi kantor bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia) di Sydney./Reuters-Jason Reed

Bisnis.com, JAKARTA -- Dolar Australia berpotensi kembali melemah seiring dengan kemungkinan berlanjutnya pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (25/7/2019) hingga pukul 15.33 WIB, dolar Australia telah bergerak turun ke level 0,6966 dolar AS, melemah 0,16 persen. Pada pertengahan perdagangan, mata uang ini sempat menyentuh level terendah dalam 2 pekan di kisaran 0,6964 dolar AS.

Analis PT Monex Investindo Futures Andian Widjaja mengatakan pelemahan yang terjadi disebabkan oleh pidato Kepala RBA Philip Lowe yang mengisyaratkan potensi stimulus tambahan yang akan dikeluarkan RBA.

"Dengan masih adanya peluang pelonggaran dari RBA, potensi turun mata uang dolar Australia masih terbuka, walau dibayangi rencana pemotongan suku bunga acuan Federal Reserve yang akan dirilis akhir pekan ini," ujarnya seperti dikutip dari publikasi risetnya, Kamis (25/7).

Oleh karena itu, Andian memperkirakan dolar Australia berpeluang bergerak turun menguji level support di kisaran 0,6950 dolar AS.

Kepala RBA Philip Lowe mengungkapkan pihaknya siap untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut jika pemangkasan suku bunga berturut-turut gagal untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi Negeri Kangguru.

Dalam kebijakannya saat ini, untuk menghidupkan kembali ekonomi dan mengangkat inflasi Australia, RBA telah meluncurkan kombinasi kebijakan, seperti penurunan suku bunga berturut-turut, pemotongan pajak, harga komoditas yang lebih tinggi, menstabilkan industri perumahan, dan investasi infrastruktur.

"Tetapi, jika pertumbuhan permintaan tidak mencukupi, dewan siap untuk memberikan dukungan tambahan dengan melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut," terangnya seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (25/7).

Lowe menambahkan kecil kemungkinan bagi RBA untuk menaikan suku bunga kecuali memiliki keyakinan yang tinggi target inflasi sebesar 2-3 persen akan tercapai. Dia juga memandang target inflasi tersebut sebagai level yang pantas, bertentangan dengan pendapat beberapa akademisi yang berpandangan target inflasi tersebut harus direvisi.

Lowe berdalih menurunkan target inflasi hanya akan menjadi alasan jangka pendek bagi RBA berhasil mencapai target yang diharapkan, tetapi akan mengurangi kredibilitas yang sudah dibangun.

RBA telah memangkas suku bunga acuannya pada Juni dan Juli ke rekor terendah 1 persen serta memberikan sinyal ke pasar bahwa bank sentral tersebut akan menunggu dan melihat efek pelonggaran terhadap ekonomi.

Sejak saat itu, indeks kepercayaan konsumen Australia telah benar-benar turun. Namun, dolar Australia berhasil terselamatkan dan bergerak menguat karena sentimen pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed.

Sepanjang tahun berjalan, dolar Australia telah bergerak melemah 1,18 persen.

Kepala Ekonom Westpac Banking Corp Bill Evans memperkirakan RBA akan kembali memangkas suku bunga acuan pada Oktober 2019 dan Februari 2020 untuk mendorong suku bunga menjadi 0,5 persen.

Di sisi lain, mengutip riset PT Asia Trade Point Futures, rencana pertemuan delegasi dagang AS dengan China diproyeksi dapat menjadi katalis positif bagi mata uang Australia. Pertemuan tersebut dijadwalkan akan berlangsung pada 29 Juli-1 Agustus 2019 dan akan diadakan di China.

Asia Trade Point Futures memproyeksi level support dolar Australia di kisaran 0,69410 dolar AS, 0,69524 dolar AS, dan 0,69603 dolar AS. Adapun level resistennya berada di kisaran 0,69796 dolar AS, 0,69910 dolar AS, dan 0,69989 dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper