Bisnis.com, JAKARTA -- Emas terkoreksi pada perdagangan Kamis (25/7/2019), dipicu oleh menguatnya dolar AS yang bergerak di kisaran level tertingginya dan investor yang cenderung hati-hati menanti hasil pertemuan beberapa bank sentral besar bulan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (25/7) hingga pukul 11.53 WIB, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak stabil cenderung melemah di level US$1.422,4 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,24 persen menjadi US$1.422 per troy ounce.
Saat ini, pergerakan emas terbatas akibat dolar AS yang bergerak menguat. Posisi dolar AS yang lebih kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor lainnya bergerak di level 97,725.
Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan pergerakan emas tampak tengah berkonsolidasi menantikan sentimen pasar terhadap dolar AS menghadapi kebijakan European Central Bank (ECB) yang akan diumumkan pada pekan ini.
"Bila pelemahan mata uang euro memberikan imbas positif terhadap dolar AS, berpotensi melemahkan harga emas menguji level support pada kisaran US$1,410 per troy ounce hingga US$1.415 per troy ounce," ujarnya seperti dikutip dari publikasi risetnya, Kamis (25/7).
Baca Juga
Andian menambahkan jika harga emas berhasil bergerak naik di atas level resisten US$1.430 per troy ounce, maka terbuka kemungkinan emas naik ke level resisten selanjutnya di US$1.435 per troy ounce.
Analis Philip Futures Benjamin Lu menuturkan pada tiga perdagangan terakhir, harga emas tampak bergerak terbatas. Beberapa manajer keuangan mulai menutup beberapa posisi untuk mempersiapkan pertemuan The Fed dan ECB.
Dia menerangkan sebelum peristiwa penting terjadi, investor cenderung mengambil untung di tengah ketidakpastian. Sementara itu, beberapa investor lainnya memanfaatkan volatilitas untuk mendorong harga lebih rendah dan membelinya kembali saat harga lebih murah.
"Namun, secara keseluruhan, dalam jangka panjang emas terlihat masih akan bullish," ujar Lu seperti dilansir dari Reuters, Kamis (25/7).
Sebagai informasi, ECB akan mengumumkan kebijakan moneternya pada Kamis (25/7) waktu Eropa, sedangkan The Fed akan mengungkapkan kebijakan moneternya pada akhir bulan ini. Pasar berekspektasi kedua bank sentral tersebut akan memangkas suku bunganya untuk mengimbangi perlambatan ekonomi global yang ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negaranya.
Selain itu, sentimen lain yang meningkatkan harapan adanya pemangkasan suku bunga adalah serangkaian pembacaan indeks manajer pembelian atau PMI di AS dan Eropa yang dirilis lebih rendah daripada estimasi pasar.
Adapun suku bunga acuan AS yang lebih rendah akan memberikan tekanan pada dolar AS dan imbal hasil obligasi sehingga meningkatkan daya tarik emas.
Sepanjang tahun berjalan, harga emas telah naik 12 persen. Sejak menyentuh level terendah 2019, di US$1.265,85 per troy ounce pada awal Mei, emas telah bergerak naik 10,64 persen didorong oleh pandangan dovish mayoritas bank sentral utama.
Selain itu, sengketa perdagangan AS dan China yang tidak kunjung usai serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah membantu emas untuk menyentuh level tertingginya dalam 6 tahun terakhir.
Reli emas juga memberi energi pada pergerakan logam mulia lainnya, dengan perdagangan perak berhasil mendekati level tertinggi 13 bulan. Saat ini, perak bergerak melemah 0,59 persen ke level US$16,5 per troy ounce.
Platinum naik ke level tertinggi dalam lebih dari 2 bulan, bergerak menguat 0,12 persen menjadi US$878,52 per troy ounce, sedangkan paladium stabil di level US$1.541,3 per troy ounce.