Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham : Seberapa Jauh Garuda Indonesia (GIAA) Melaju di Tengah Turbulensi?

Di tengah berbagai isu yang mendera, saham maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., masih menguat 27,52% untuk periode berjalan 2019. Seberapa jauh saham perseroan mampu lepas landas pada sisa tahun ini?
Jajaran Direksi Garuda Indonesia saat menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (21/5/2019)/Bisnis-Muhammad Ridwan
Jajaran Direksi Garuda Indonesia saat menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Selasa (21/5/2019)/Bisnis-Muhammad Ridwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Di tengah berbagai isu yang mendera, saham maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., masih menguat 27,52% untuk periode berjalan 2019. Seberapa jauh saham perseroan mampu lepas landas pada sisa tahun ini?

Kabar kurang sedap kembali menghampiri Garuda Indonesia akhir pekan lalu. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan resmi memberikan sejumlah sanksi kepada perseroan usai melakukan pemeriksaan terkait kasus penyajian laporan keuangan perseroan periode 2018.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, laju saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. telah terkoreksi 28,60% usai terjadi kisruh laporan keuangan periode 2018 yang bergulir sejak 24 April 2019.

Bloomberg mencatat harga saham GIAA tersungkur 134 poin atau 26,80% pada rentang 24 April 2019 hingga 28 Juni 2019.

Tercatat, pergerakan harga merosot dari Rp500 per lembar menuju level Rp366 per lembar pada penutupan perdagangan, Jumat (28/6/2019) atau akhir periode semester I/2019.

Kendati demikian, untuk periode berjalan 2019, saham GIAA tercatat masih menghasilkan return positif 27,52%. Harga saham ditutup 2 poin atau 0,53% ke level Rp380 per lembar pada penutupan perdagangan, Rabu (3/7/2019).

Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, analis Ciptadana Sekuritas Asia Fahressi Fahalmesta menuliskan bahwa kesepakatan perseroan dengan Mahata untuk menyediakan konektivitas dalam penerbangan senilai US$241,9 juta dicatat dalam pendapatan lainnya pada buku 2018.

Apabila itu dikeluarkan atau disajikan ulang, kerugian yang dibukukan diperkirakan mencapai US$200 juta pada periode itu.

Kendati demikian, Fahressi menyebut tidak akan ada perubahan pada laba kuartal I/2019. Menurutnya, pencapaian GIAA terbentuk murni karena didorong oleh peningkatan passenger yield.

Saat ini, dia masih menunggu hasil penyajian kembali laporan keuangan 2018. Oleh karena itu, pihaknya belum merevisi angka periode itu.

“Kami mempertahankan panggilan beli dengan target harga Rp620," tulisnya dalam riset yang dikutip, Rabu (3/7).

Dalam riset berbeda yang juga dipublikasikan melalui Bloomberg, analis Panin Sekuritas Nugroho R. Fitriyanto menuliskan pendapatan GIAA tumbuh 11,9% secara tahunan pada kuartal I/2019. Menurutnya, pertumbuhan didorong oleh kenaikan harga tiket.

Dia memproyeksikan kinerja maskapai milik negara itu akan membaik didorong oleh sejumlah faktor. Pertama, stabilnya passenger yield didukung konsolidasi industri dan dukungan pemerintah. 

Kedua, penyesuaian kapasitas yang mendorong efisiensi biaya. Ketiga, belanja modal yang minim dan arus kas operasi yang positif mendukung upaya deleveraging

“Kami menginisiasi beli untuk GIAA dengan target harga di level Rp465,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper