Bisnis.com, JAKARTA — Setelah mendapatkan fasilitas pinjaman senilai US$375 juta, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. akan melunasi fasilitas pinjaman sebelumnya senilai US$400 juta.
Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso menjelaskan bahwa fasilitas pinjaman itu akan digunakan untuk membayar lebih awal pinjaman Fasilitas A sebesar US$400 juta. “Fasilitas yang US$400 juta itu sebelumnya dipakai untuk modal kerja seperti ekspansi pembangunan tower,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (2/7/2019).
Tidak jauh berbeda dengan fasilitas pinjaman sebelumnya, perseroan akan kembali menggunakan fasilitas pinjaman baru tersebut untuk modal kerja.
Dia menambahkan bahwa selain untuk pelunasan utang lama, perseroan menggunakan dana segar tersebut untuk membiayai pembangunan tower. “Jadi karena ini refinancing ya tujuannya masih sama,” jelasnya.
Helmy mengatakan bahwa selama 4 tahun terakhir perseroan telah secara sukses mengakses pinjaman bank dan pasar obligasi dengan secara konsisten mendapatkan suku bunga yang murah dan jangka waktu yang lebih panjang.
Suku bunga kompetitif fasilitas pinjaman untik perseroan yang tidak memiliki penjaminan khusus mencerminkan risiko kredit yang rendah dan kenyamanan dari kreditur terhadap bisnis perseroan.
Baca Juga
“Kami mempertahankan strategi lindung nilai bijaksana kami dengan menggunakan instrumen derivatif lindung nilai sesuai dengan jatuh tempo utang. Kepastian kontrak kami secara signifikan mengurangi risiko dari arus kas, yang dimengerti oleh para kreditur kami,” tambah Helmy.
Perseroan menilai pinjaman bank sebesar US$375 juta tersebut merupakan pinjaman dengan tenor terpanjang dan termurah untuk fasilitas pinjaman revolving.
Perseroan telah menandatangani unsecured revolving credit facility senilai US$375 juta yang dikenakan margin bunga sebesar Libor 1,75% per tahun untuk kreditur luar negeri dan Libor 1,85% untuk kreditur dalam negeri dan pinjaman ini akan jatuh tempo pada Januari 2025.
Adapun, bank yang terlibat dalam fasilitas pinjaman konsorsium tersebut ialah Australia and New Zealand Banking Group Limited, CIMB Bank Berhad, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, DBS Bank Ltd., Mizuho Bank, OCBC Limited, HSBC Cabang Singapura dan UOB Limited, serta OCBC Limited bertindak selaku security agent.
CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan bahwa perseroan memiliki struktur utang yang sangat kuat dengan utang jangka panjang yang telah terlindung nilai dan ketersediaan komitmen kredit yang cukup.
“Kami memiliki fleksibilitas untuk terus tumbuh secara organik, membiayai akuisisi, pembiayaan kembali utang, dan meningkatkan inisiatif pengembalian untuk pemegang saham. Dampak dari transaksi terbaru ini adalah untuk memperpanjang rata-rata tenor struktur utang kami,” pungkasnya.