Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja saham pengembang yang tergabung dalam Grup OSO, PT Citra Putra Realty Tbk. (CLAY) meningkat hingga 17 kali lipat sejak melantai di pasar modal.
Padahal perseroan masih membukukan kerugian dalam laporan keuangan kuartal I/2019. Kerugian diprakirakan masih berlanjut hingga akhir tahun ini dan berpotensi berbalik menjadi laba pada 2020.
Merespons peningkatan harga saham perseroan yang signifikan, Direktur CLAY Dodon Tri Koeswardana mengatakan bahwa secara aset, nilai aset yang dimiliki perseroan cukup besar dan terutama untuk hotel di Bali. Dua hotel yang dimiliki CLAY yakni The Stones Hotel di Bali dan The Clay Hotel di Jakarta.
Baca Juga
“Investor pasar modal menilai sektor pariwisata masih cukup baik dan bisnis kami juga memiliki aset nyata, yakni ada fisiknya,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (2/7/2019).
Dodon menuturkan, sektor pariwisata juga mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah khususnya untuk wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI), yang disertai dukungan pembangunan infrastruktur dari pemerintah. Menurutnya, bisnis parisiwasata memiliki prospek jangka panjang. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa peningkatan harga tiket pesawat berdampak kurang baik pada bisnis perhotelan, sehingga menyebabkan penurunan kunjungan dari segmen korporasi.
Pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (2/7/2019), saham CLAY ditutup melemah 0,31% atau setara 10 poin menuju level Rp3.170 per saham. Frekuensi transaksi pada sesi pertama hanya 3 kali. Adapun aksi jual yang dilakukan oleh investor asing sepanjang tahun berjalan senilai Rp385 juta.