Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Pertemuan Trump-Xi Jinping, Rupiah Bergerak Terbatas

Rupiah bergerak terbatas pada perdagangan Jumat (28/6/2019) walaupun ketidakpastian pasar cenderung berkurang seiring dengan Mahkamah Konstitusi telah memutuskan untuk menolak gugatan pasangan calon presiden nomor urut 02 dalam sengketa Pemilihan Presiden 2019.
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah bergerak terbatas pada perdagangan Jumat (28/6/2019) walaupun ketidakpastian pasar cenderung berkurang seiring dengan Mahkamah Konstitusi telah memutuskan untuk menolak gugatan pasangan calon presiden nomor urut 02 dalam sengketa Pemilihan Presiden 2019.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (28/6/2019) rupiah berada di level Rp14.127,5 per dolar AS, menguat tipis 0,04% atau 5 poin terhadap dolar AS. Adapun rentan pergerakan rupiah hari ini berada di kisaran Rp14.100 per dolar AS hingga Rp14.147,5 per dolar AS.

Analis PT Monex Investindo Futures Andian mengatakan bahwa pergerakan rupiah kali ini cenderung tidak berbeda dari perdagangan sebelumnya.

"Putusan MK telah membuat minat investor mulai kembali ke Indonesia. Kendati demikian, dampaknya belum terlalu besar karena keputusan tersebut sudah di ekspektasikan pasar," ujar Andian kepada Bisnis.com, Jumat (28/6/2019).

Andian mengatakan, terbatasnya pergerakan rupiah kali ini juga disebabkan oleh pasar masih menanti pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk membahas kesepakatan perdagangan di sela sela KTT G20 yang diselenggarakan di Osaka, Jepang pada 28-29 Juni 

Andian memprediksi pergerakan rupiah dalam perdagangan sepekan depan akan bergerak di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.500 per dolar AS.

Sementara itu, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa kembali terpilihnya Joko Widodo sebagai presiden, maka arah kebijakan secara umum tidak akan berubah banyak sehingga sentimen tersebut menjadi angin segar bagi dunia investasi yang selama ini dibayangi banyak ketidakpastian.

"Ketidakpastian arah kebijakan bisa diminimalisasi, sejumlah investor yang sejak gonjang-ganjing pilpres menahan diri untuk berinvestasi, bisa kembali agresif masuk ke instrumen berisiko," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (28/6/2019).

Apalagi, mengingat lembaga rating S&P yang belum lama ini menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan outlook stabil, sehingga harapan untuk gagal bayar berinvestasi sangat kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper