Bisnis.com, JAKARTA — Para investor yang memiliki bingkai waktu investasi jangka pendek dan moderat disarankan untuk mencermati produk reksa dana campuran pada situasi sekarang ini.
Adapun, sentimen penggerak pasar modal masih dipenuhi oleh ketidakpastian baik dari dalam maupun luar negeri, seperti penantian keputusan MK terkait dengan sengketa Pilpres 2019 dan drama perang dagang AS—China.
Berdasarkan data Infovesta Utama, pekan lalu indeks reksa dana campuran yang tercermin dalam Infovesta Balanced Fund Index berada pada posisi tertinggi dibandingkan indeks reksa dana lainnya sebesar 0,95%. Menyusul, indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infovesta Fixed Income Fund Index sebesar 0,85%.
Sementara itu, kinerja indeks reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index tercatat 0,32% dan kinerja indeks reksa dana pasar uang yang tercermin dalam Infovesta Money Market Fund Index tercatat 0,10%.
Wawan Hendrayana, Kepala Riset Infovesta Utama, menjelaskan bahwa penopang kinerja indeks reksa dana campuran pada pekan lalu lebih disebabkan oleh sentimen positif dari pasar obligasi.
“Karena kan sinyal BI mau turunkan suku bunga sudah semakin jelas. Dengan menurunkan Giro Wajib Minimun, kini banyak analis berpendapat kemungkinan besar bisa jadi bulan depan itu suku bunga akan turun,” kata Wawan kepada Bisnis.com, Selasa (25/6/2019).
Baca Juga
Dirinya melanjutkan, penurunan suku bunga tersebut akan dapat mengangkat kinerja obligasi dan saham-saham—terutama saham yang berbasis keuangan. Dengan demikian, reksa dana campuran pun dinilai menjadi salah satu yang terbaik saat ini.
Senada, Chief Investment Officer PT Paytren Aset Management Achfas Achsien juga merekomendasikan reksa dana campuran di saat masih ada banyak volatilitas yang membayangi pasar modal saat ini.
“Campuran ini kan ada saham juga. Kalau pasar rebound dan ada berita bagus, reksa dana campuran bisa ikut rebound. Tapi kalau market-nya kurang bagus kan [aset dasar] bisa lari ke deposito atau pasar uang,” kata Achfas.
Dirinya melanjutkan, dalam kondisi yang kurang menentu sembari menanti keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai sengketa Pilpres 2019 dan prospek berakhirnya perang dagang, sebaiknya investor mencari reksa dana yang memiliki fleksibilitas alokasi investasi yang lebih luas.
Bagi manajer investasi sendiri, Achfas mengingatkan, tetap perlu diperhatikan strategi penempatan atau alokasi aset dasar produk reksa dana campurannya, misalnya lebih banyak di tempatkan di deposito, obligasi, saham, atau lainnya.
“[Reksa dana] pasar uang aman, tapi jangan berharap tinggi. Kalau untuk yang bergerak secara moderat, saya kira campuran saat ini masih bagus. Minimal MI mempunyai opsi untuk memilih aset yang sesuai dengan kondisi pasar,” imbuh Achfas.
Sementara itu, untuk produk reksa dana pendapatan tetap juga dinilai akan bagus dengan asumsi Bank Indonesia benar menurunkan suku bunga. Kata Achfas, bila hal itu terjadi nantinya kinerja produk reksa dana pendapatan bisa menguat karena ada capital gain dari aset dasar obligasinya.
Rekomendasi Manulife
Sementara itu, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro merekomendasikan reksa dana pasar uang kepada investor pemula karena return-nya menarik ditopang oleh kinerja rupiah.
Namun demikian, bagi investor yang lebih berpengalaman, Legowo tetap menganjurkan untuk tidak mengurangi porsi saham dalam portofolio reksa dana. “Justru pada saat terkoreksi ini, saya mengembalikan atau rebalance portofolio saya supaya kembali ke alokasi seberapa yang saya inginkan,” ujar Legowo.
Adapun secara year-to-date, indeks reksa dana saham masih mencatatkan kinerja negatif sebesar -2,27%, di bawah indeks acuannya IHSG yang terus membaik dengan kinerja sebesar 1,95% ytd.
Lebih lanjut, Legowo mencontohkan, investor yang berpengalaman biasanya telah menentukan alokasi portofolio investasinya. Misalnya, dari investasi yang sebesar 100% ditempatkan di saham sebesar 30%.
Apabila pasar terkoreksi dan porsi saham berkurang, biasanya investor tersebut akan melakukan rebalancing untuk mengembalikan posisinya ke 30%. Begitu pula sebaliknya, apabila melampaui 30%, investor berpengalaman biasanya akan mengurangi pembelian hingga kembali ke porsi 30% lagi.
“Kalau investor yang bukan spekulan dan bukan mengambil momentum, hanya menjaga alokasi asetnya, dia akan tetap di alokasi segitu,” tambah Legowo.