Bisnis.com,JAKARTA — Strategi menaikkan harga tiket pesawat mulai berimbas terhadap keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Kondisi itu menurut para analis tercermin dari laporan keuangan kuartal I/2019 perseroan.
Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan menjelaskan bahwa terjadi peningkatan dilihat dari sisi pendapatan usaha Garuda Indonesia untuk kuartal I/2019. Jumlah yang dikantongi naik 11,85% dari US$983,00 juta pada kuartal I/2018 menjadi US$1,00 miliar per 31 Maret 2019.
Sebaliknya, dilihat dari beban usaha, terjadi penurunan tipis dari US$1,05 miliar pada kuartal I/2018 menjadi US$1,04 miliar pada kuartal I/2019. “Dampak kenaikan harga tiket sudah mulai tercermin dari laporan keuangan perseroan," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (7/5/2019).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa jumlah penumpang domestik emiten berkode saham GIAA itu sebanyak 3,5 juta orang pada kuartal I/2019. Pencapaian itu lebih sedikit dibandingkan dengan 4,4 juta pada kuartal I/2018.
Akan tetapi, pendapatan perusahaan mengalami peningkatan karena harga tiket domestik. Pasalnya, harga tiket untuk rute dalam negeri menurutnya naik sekitar 42,3%. “Untuk harga tiket internasional relatif tidak banyak mengalami perubahan,” paparnya.
Dia menilai laba tahun berjalan GIAA senilai US$19,7 juta adalah pencapaian keuntungan kuartal pertama yang terbaik sejak penawaran umum perdana saham (IPO) pada 2011. Menurutnya, maskapai pelat merah itu sudah mencatatkan keuntungan pada operasional perseroan.
Baca Juga
Di sisi lain, analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menilai keuntungan yang dihasilkan oleh GIAA pada kuartal I/2019 juga dampak dari kenaikan harga tiket. Selain itu, terlihat dari beban bahan bakar yang juga mengalami efisiensi. “Sehingga laba bersih bisa positif pada kuartal I/2019,” tuturnya.
Dia menyebut dampak dari kenaikan harga tiket baru akan benar-benar terasa pada kuartal II/2019. Apalagi, frekuensi penerbangan saat libur lebaran juga akan lebih tinggi.