Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis (11/4/2019) seiring dengan pergerakan indeks dolar AS yang tertekan akibat rilisnya notulen pertemuan The Fed untuk Maret.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (11/4/2019), rupiah berhasil menguat tipis, naik 0,09% atau 13 poin menjadi Rp14.140 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa notulen pertemuan kebijakan terakhir The Fed, yang dirilis Rabu malam (10/4/2019), menunjukkan berbagai pejabat The Fed berpikir bahwa tingkat yang sesuai untuk suku bunga bisa bergeser ke arah mana pun.
"Pengakuan eksplisit pertama dari Federal Reserve bahwa langkah selanjutnya dalam suku bunga AS mungkin turun daripada naik," ujar Ibrahim kepada Bisnis, Kamis (11/4/2019).
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan enam mata uang mayor lainnya tercatat bergerak melemah 0,03% menjadi 96,92.
Sementara itu, rilis data ekonomi terbaru dari China menunjukan hasil positif sehingga memberikan harapan pada pasar dan membantu mendorong naik rupiah.
Inflasi di tingkat produsen (PPI) China pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY), kenaikan pertama dalam 9 bulan terakhir.
Ini menandakan dunia usaha China mulai pulih, ditopang oleh stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC).
Selain itu, inflasi di tingkat konsumen (CPI) pada Maret naik sebesar 2,3% yoy, menjadi laju tercepat sejak Oktober 2018.
"Tidak hanya dunia usaha, konsumen pun terlihat lebih bergairah," papar Ibrahim.
Ibrahim memprediksi rupiah dalam perdagangan besok Jum’at (12/4/2019) kemungkinan masih akan menguat di level Rp14.110 hingga Rp14.190 per dolar AS.
Di sisi lain, Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengatakan bahwa laju rupiah juga tertahan akibat pemangkasan proyeksi pertumbuhan oleh International Monetary Fund (IMF).
Sebagai informasi, IMF telah memangkas prospek pertumbuhan global sepanjang tahun ini menjadi hanya 3,3% level terendah sejak krisis keuangan.
Sementara untuk pertumbuhan negara emerging market dan developing economies, IMF mematok pertumbuhan untuk 2019 yang lebih rendah yaitu sebesar 4,4% dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 4,9%.
"Hal ini memengaruhi pergerakan aset berisiko, termasuk mempengaruhi kinerja rupiah sendiri," ujar Ahmad kepada Bisnis, Kamis (11/4/2019).
Ahmad memprediksi rupiah akan bergerak cenderung menguat pada perdagangan besok, Jumat (12/4/2019), di level Rp14.000 hingga Rp14.250 per dolar AS.