Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah berhasil ditutup berbalik menguat seiring dengan tertekannya indeks dolar AS akibat lemahnya data ekonomi dalam negeri paman sam tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (9/4/2019), rupiah berhasil ditutup menguat 34 poin atau naik 0,24% menjadi Rp14.133 per dolar AS. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback dihadapan mata uang mayor bergerak 0,11% menjadi 96,941.
Mengutip riset harian Asia Trade Point Futures, setelah gagal menguat di tengah sentimen positif pada perdagangan sebelumnya, kali ini rupiah berhasil kembali perkasa.
"Apresiasi rupiah ini diperkirakan datang dari minimnya data-data ekonomi AS yang dapat mempengaruhi pergerakan rupiah," mengutip riset Asia Trade Point Futures, Selasa (9/4/2019).
Selain itu, dukungan lain yang membuat rupiah semakin menarik untuk dikoleksi bagi investor adalah notulensi FOMC untuk Maret yang dijadwalkan dirilis pada Rabu pekan ini (10/4/2019).
Pelaku pasar memperkirakan notulensi FOMC cenderung bernada dovish dan bertahan pada suku bunga saat ini untuk waktu yang belum ditentukan. Asia Trade Point Futures juga mengatakan, naiknya cadangan devisa Indonesia menjadi $124 miliar pada periode Maret telah menambah daya tarik rupiah.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah juga berhasil menguat di tengah kenaikan harga minyak saat ini. Harga minyak telah melonjak ke level tertinggi dalam kurun waktu 5 bulan di level US$64,62 per barel pada pukul 15.35 WIB di tengah ekspetasi bahwa pasokan global akan semakin ketat akibat konflik Libya, pemangkasan OPEC, dan sanksi AS terhadap Venezuela dan Iran.
"Kala harga minyak naik, maka biaya impor komoditas ini akan lebih mahal. Tekanan terhadap neraca perdagangan dan transaksi berjalan akan bertambah sehingga penguatan rupiah akan tertahan lagi," ujar Ibrahim kepada Bisnis.com, Selasa (9/4/2019).
Ibrahim memprediksi rupiah akan kembali menguat pada perdagangan besok dan ditransaksikan di level Rp14.115 hingga Rp14.180 per dolar AS.