Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia telah melaksanakan 6 kegiatan go public workshop di 6 kota selain Jakarta, serta IPO master class di Jakarta dengan peserta mencapai 380 perusahaan. Upaya ini dilakukan untuk mengejar target emiten baru tahun ini minimal 75 perusahaan.
IGD Nyoman Yetna Setya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia mengatakan banyak inisiatif yang dilakukan BEI untuk mengejar target ambisius tahun ini mencapai minimal 75 emiten baru.
Pada kuartal pertama tahun ini, BEI baru mengantongi 7 emiten baru, masih sangat jauh dari target tersebut. Oleh karena itu, BEI tidak bisa mengandalkan cara-cara yang biasa untuk bisa mencapai target tersebut.
Pada kuartal pertama tahun ini, BEI sudah melakukan workshop go public di 6 kota, yakni Singkawang, Pontianak, Medan, Surabaya, Semarang dan Manado. BEI bekerja sama dengan beberapa asosiasi, termasuk Apindo.
“Kita memilih kota yang didatangi tentu setelah kita melakukan mapping di mana posisi calon perusahaan tercatat yang mudah-mudahan memenuhi syarat untuk menjadi seed atau tunas-tunas yang akan tumbuh di ekosistem pasar modal kita,” katanya, Jumat (29/3/2019).
Nyoman mengatakan antusiasime pengusaha lokal atas kegiatan ini cukup tinggi. Di Singkawang, ada 79 orang partisipan dari 45 perusahaan. Lalu di Pontianak ada 116 partisipan dari 94 perusahaan, sedangkan di Medan ada 178 partisipan dari 119 perusahaan.
Selanjutnya, di Surabaya ada 113 partisipan dari 90 perusahaan, sedangkan di Semarang ada 65 partisipan dari 41 perusahaan. Dari Manado, ada 30 partisipan dari 13 perusahaan.
Sementara itu, dari kegiatan IPO master class di Jakarta, ada 30 partisipan dari 14 perusahaan. Master class merupakan kelas khusus bagi perusahaan-perusahaan yang sudah sangat siap untuk menyampaikan dokumen ke regulator untuk menjadi perusahaan tercatat.
BEI memang membatasi jumlah peserta IPO master class lebih terbatas agar lebih intensif. BEI turut menghadirkan para profesi penunjang serta underwriter untuk melakukan tindak lanjut kepada para peserta.
Nyoman mengatakan, berbeda dibandingkan bursa-bursa lainnya di luar negeri, BEI melakukan upaya jemput bola dengan langsung melakukan one on one meeting dengan para korporasi peserta workshop tersebut.
Nyoman mengatakan, dari kegiatan workshop ini BEI menemukan bahwa banyak pengusaha daerah yang tidak mengenal sumber pendanaan lain selain dari keluarga, kerabat, dan bank. Literasi tentang pasar modal masih belum merata. Oleh karena itu, workshop ini membuka wawasan mereka.
Setelah workshop, BEI melakukan survei untuk mengetahui perusahaan mana saja yang siap untuk ditindaklanjuti menuju IPO. Perusahaan yang bersedia langsung didatangi oleh tim BEI dalam kurun waktu 2 pekan setelah workshop. Diharapkan, beberapa di antaranya dapat terjaring untuk IPO tahun ini.
Setelah 6 kota ini, selanjutnya BEI akan kembali melakukan workshop ini ke 4 kota lainnya, yakni Jakarta, Surabaya, Denpasar dan Banjarmasin.
BEI juga akan melakukan kerja sama dengan beberapa pihak strategis lainnya. Pada 8 April 2019 BEI akan bekerja sama dengan Jakarta Mining Club untuk memperkenalkan pasar modal pada para anggotanya.
Lalu pada 10 April BEI akan bekerja sama dengan Bank BRI untuk menjaring para debitur Bank BRI yang potensial untuk dapat diajak IPO. Pada 16 April 2019, BEI akan bekerja sama dengan Asosiasi Bank Pembangunan Daerah atau Asbanda untuk menarik minat anggota Asbanda.
Selanjutnya, pada 25 April, BEI akan bekerja sama dengan Pefindo. Kerja sama dengan Pefindo cukup strategis sebab Pefindo memiliki data korporasi yang pernah menerbitkan surat utang tetapi belum melepas sahamnya ke publik. Perusahaan-perusahaan ini relatif lebih mudah untuk diajak naik kelas menjajaki potensi IPO saham.
Pada 26 April 2019 BEI akan bekerja sama dengan Bank Mandiri, khususnya cabang Jawa Timur, untuk menjaring debiturnya di Jawa Timur. Lalu, pada 27 Juni 2019 giliran Bank CIMB Niaga yang akan digandeng BEI untuk menjaring debiturnya menjadi perusahaan terbuka.