Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terseret Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global

Nilai tukar rupiah tak mampu melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan harus berakhir melemah bersama mayoritas mata uang emerging market di Asia pada perdagangan hari ini, Rabu (27/3/2019).
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawati Bank Mandiri menghitung mata uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Selasa (12/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah tak mampu melanjutkan penguatannya terhadap dolar Amerika Serikat dan harus berakhir melemah bersama mayoritas mata uang emerging market di Asia pada perdagangan hari ini, Rabu (27/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 35 poin atau 0,25% di level Rp14.208 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (26/3), rupiah mampu berakhir terapresiasi 12 poin atau 0,08% di level Rp14.173 per dolar AS.

Rupiah mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka terdepresiasi 22 poin atau 0,16% di level Rp14.195 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.193 – Rp14.223 per dolar AS.

Mata uang lainnya di Asia mayoritas juga melemah terhadap dolar AS petang ini di tengah aksi jual investor terhadap aset-aset yang rentan risiko akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Nilai tukar baht Thailand yang terdepresiasi 0,62% memimpin pelemahan mata uang di Asia, diikuti rupiah dan yuan offshore China yang turun 0,15% terhadap dolar AS pada pukul 17.58 WIB.

“Mata uang emerging market melemah karena aksi penghindaran risiko di pasar global,” terang Konstantin Kostrub, head of treasury di ING Eurasia bank di Moskow, seperti dikutip Reuters.

Di tengah perekonomian global yang belum kondusif, Bank Indonesia (BI) yakin prospek ekonomi Indonesia tahun ini tetap baik.

Namun, prospek ini perlu didorong dengan sinergi sebagai kunci utama menghadapi berbagai tantangan guna meningkatkan kinerja perekonomian nasional pada 2019.

“BI akan terus melanjutkan sinergi yang kuat dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan otoritas terkait untuk memperkuat sinergi, termasuk dalam terkait kebijakan reformasi struktural,” tutur Gubernur BI Perry Warjiyo hari ini.

Pasalnya, lanjut Perry, perekonomian masih menghadapi tantangan struktural, baik dari sisi global maupun domestik yang tetap harus diwaspadai.

Nilai tukar rupiah sendiri masih dipandang undervalued terhadap dolar AS. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan BI akan terus memonitor pergerakan nilai tukar efektif riil.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama petang ini terpantau tergelincir 0,016 poin atau 0,02% ke level 96,720 pada pukul 17.48 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka dengan kenaikan tipis 0,009 poin atau 0,01% di level 96,745, setelah pada perdagangan Selasa (26/3) ditutup menguat 0,18% atau 0,170 poin di posisi 96,736. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper