Bisnis.com, JAKARTA — Harga tembaga di bursa London ditutup menghijau seiring dengan kekhawatiran pasar terkait dengan potensi resisi Amerika Serikat yang juga diimbangi oleh gangguan pasokan dari pertambangan Peru.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (25/3/2019), harga tembaga di bursa London Metal Exchange ditutup pada level US$6.340 per ton, berhasil menguat 0,44% pada saat mayoritas logam lainnya terkoreksi.
Analis Agronaut Hong Kong Helen Lau mengatakan bahwa sejauh ini dampak dari pergerakan logam tersebut dipengaruhi oleh sentimen makro sehingga pasar tengah mencari katalis untuk langkah selanjutnya.
"Gangguan dari tambang Las Bambas milik MMG dapat memberikan tekanan tambahan pada rantai pasokan karena tambang tersebut merupakan salah satu tambang tembaga terbesar di dunia," ujar Helen seperti dikutip dari Reuters, Selasa (26/3/2019).
Perusahaan tambang MMG asal China akan menyatakan force majeure pada beberapa kontrak berjangka tembaganya seiring dengan pemblokiran jalan tambang tembaga Las Bambas di Peru oleh warga setempat.
Adapun, Las Bambas merupakan salah satu tambang tembaga terbesar di Peru dengan kapasitas produksi mencapai 385.000 ton pada tahun lalu. Di sisi lain, harga logam dasar lainnya tidak mampu bertahan dan ditutup di zona merah. Aluminium ditutup pada level US$1.833 per ton, melemah 1,05%.
Nikel terkoreksi 0,22% menjadi US$12.966 per ton, timah melemah 0,35% menjadi US$21.350 per ton, dan seng menjadi logam lainnya yang berhasil ditutup menguat 0,60% menjadi US$2.832 per ton.